Skip to content
Riwayat Datu Sulaiman Amuntai
Pada sekitar abad ke 18 ada sepasang suami istri dari Padang Basar Amuntai Hulu Sungai Utara yang hidup rukun,tidak tercatat secara pasti nama mereka,pada suatu hari mereka pergi ke Martapura yang pada saat itu merupakan ibukota kerajaan Banjar,mereka berkunjung kepada sanak keluarganya yang berada di Martapura melalui sungai dengan membawa perahu atau jukung besar khas Banjar,setelah saling melepas rindu dengan sanak keluarganya mereka pamit pulang,tapi alangkah terkejutnya mereka ketika sampai keperahu,ternyata didalam perahu sudah ada seorang bayi mungil,sadar bahwa bayi tersebut bukan anak mereka,mereka lalu melaporkannya kepada masyarakat sekitarnya,tak lama kemudian datanglah seluruh masyarakat Martapura untuk melihat bayi tersebut,ternyata dari semua masyarakat itu tak ada satupun yang mengaku bahwa bayi tersebut bayi mereka,akhirnya setelah dibicarakan dengan warga setempat,akhirnya bayi tersebut mereka bawa pulang kekampung halamannya untuk di didik dan dipelihara seperti anak kandung mereka sendiri,dan diberi nama Sulaiman,ternyata anak tersebut bukan sembarangan, banyak keganjilan keganjilan yang terjadi sejak iya masih bayi,pada saat bayi anak tersebut tidak pernah mau minum susu,ia cuma mau minum air putih,dan setiap waktu sholat anak tersebut pasti bangun dan tidak mau tidur,keanehan lain pada saat bulan Ramadhan tiba dan orang orang melaksanakan puasa,pada siang hari bayi tersebut tidak mau minum,kecuali saat tibanya berbuka puasa baru bayi tersebut baru mau minum,hal tersebut terus terjadi hingga iya semakin besar,makin besar iya makin banyaklah keanehan keanehan yang terjadi dengan dirinya,selain dipanggil dengan Datu Sulaiman beliau juga dipanggil oleh masyarakat dengan nama Datu Burung,kenapa jadi dipanggil Datu Burung hal ini ada kejadiannya,pada suatu hari beliau yang pada saat itu masih kanak kanak disuruh oleh orang tuanya untuk menunggu padi yang pada saat itu tengah dijemur,padi tersebut dijaga supaya jangan sampai dimakan ayam dan binatang lainnya,sebagai anak yang patuh dan berbakti dengan orang tuanya beliau tidak menolak,tapi apa yang terjadi...apa yang dilakukannya membuat orang tuanya dan seluruh masyarakat kampung menjadi gempar,ternyata untuk melaksanakan tugas yang diberikan orang tuanya beliau naik keatas pohon pisang yang dekat dengan jemuran tersebut,lalu duduk diatas daun pisang tersebut...anehnya jangankan patah daun pisang tersebut,lenturpun tidak dan sejak beliau menunggui jemuran tersebut tak seekor ayam pun yang berani mendekat.
tidak tercatat apakah setelah beliau dewasa,beliau menyebarkan ilmu ilmunya atau diketahui siapa guru guru beliau,yang ada cuma kesaktian kesaktian beliau yang masih disimpan masyarakat sampai kini,pada suatu ketika belanda mau menyerang desa Padang Basar amuntai dan sekitarnya,karena desa Padang Basar terletak ditepi sungai Tabalong maka Belanda melakukan penyerangan melalui sungai dengan kapal laut,mengetahui hal tersebut masyarakat segera melaporkan hal tersebut kepada Datu Sulaiman "Datu !!..Belanda mau menyerang kampung kita,mereka sedang dalam perjalanan menuju ke sini" kata salah seorang warga melapor.
"Tenang ..mereka takkan sampai kesini" sahut Datu Sulaiman.
"mereka sudah dekat Datu,mari kita siapkan segalanya"....
"baik..panggil semua kawan kawan kumpul semua.."
setelah semua pejuang berkumpul beliau lalu mengajak mereka semua ketepi sungai Tabalong,beliau mencari tali lalu dibentangkan melintang keseberang sungai.
"untuk apa tali itu dibentangkan menyeberang sungai ..Datu" tanya seorang warga.
"untuk menghalangi kedatangan Belanda ke daerah kita..."sahut Datu Sulaiman.
benar saja ketika Belanda mendekati kampung Padang Basar mereka melihat bahwa sungai yang mereka arungi buntu,dan akhirnya merekapun berbalik arah tidak jadi menyerang daerah Padang Basar dan sekitarnya.
konon kabarnya apabila Datu Sulaiman ingin makan ikan,ikan yang sedang berkeliaran bebas disungai beliau ambil begitu saja,tanpa menggunakan alat yang lazim dipakai orang,dan juga bila beliau ingin (mengurung ( bahasa banjar) menangkap ikan yang berkeliaran disungai,beliau pancangkan empat buah bilah atau tongkat berbentuk segi empat maka ikan yang berada didalam keempat bilah tersebut tidak bisa lepas.
Pada suatu hari beliau menanam pohon Kutapi dimuka rumah beliau,keada keluarganya beliau berpesan agar tanaman tersebut dipelihara,kalau pohon Kutapi ini sudah besar seperti pohon Kapuk atau Randu maka ajalnya akan tiba,ternyata apa yang dikatakan beliau benar adanya,pada saat pohon Kutapi tersebut sudah besar seperti pohon Kapuk atau Randu maka wafatlah beliau.
sebelum beliau wafat beliau sempat berwasiat agar supaya beliau dimakamkan di Kampung Padang Basar yang merupakan kampung beliau,tapi ketika wafatnya oleh pemerintah setempat beliau dimakamkan di kampung Pangacangan,karena tidak sesuai dengan wasiat maka pada malam harinya salah seorang sanak keluarganya bermimpi bahwa Datu Sulaiman kembali berkubur ketempat yang sudah diwasiatkannya yaitu dikampung Padang Basar,siang harinya kemudian dia ceritakan kepada keluarga lainnya,oleh keluarga akhirnya disepakati untuk membongkar makam di kampung Pangacangan dengan disaksikan seluruh warga,anehnya mayat Datu Sulaiman benar benar tidak ada dan mereka hanya menemukan buluh barencong (bambu yang dibikin runcing),sedangkan dikampung padang Basar muncul onggokan tanah dan onggokan tanah tersebutlah yang diyakini oleh seluruh masyarakat sebagai makam Datu Sulaiman dan diziarahi sampai sekarang ...wallahu a'lam bissawab.
kiranya cukup sekian cerita tentang Datu Sulaiman yang mempunyai berbagai macam karamah dan kesaktian dan mempunyai makam dua ,salah khilaf alfaqir mohon maaf ampun sebesar besarnya wabillahi taufik wal hidayah assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ditulis oleh :Yuliansyah Riffa,i,
foto :Habib Ahmad bin Abdullah Faqih Basyaiban
~sumber: ~Datu Datu Terkenal~
Tuan Guru KH. Muhammad Aini
Alhamdulillah habis lebaran kemarin admin bisa ziarah kembali ke maqbarah beliau,dan memang kalau orang selain dari orang Rantau kabupaten Tapin banyak yang belum mengetahui di mana kubah beliau,padahal beliau sangat dekat hubungannya dengan guru yang kita mulia kan yaitu Abah Guru Sekumpul,alhamdulillah admin sempat menimba sedikit ilmu dari beliau.KH. Muhammad Aini yang sudah lazim pula di kenal dengan sebutan nama tuan guru H. Ayan, lahir di Pematang Karangan pada menjelang subuh harin Senin tanggal 12 Rabiul Awwal 1351 H atau pertepatan tahun 1933 M. ayahandanya bernama H. Ali bin H. Sanusi yang berasal dari Kampung Sungai Rutas, kecamatan candi laras selatan dan ibundanya bernama Basrah putri H. Badar yang berasal dari Pematang Karangan, Kecamatan Tapin Tengah.
Ia dilahirkan dari keluarga yang taat beragama dan sangat memperhatikan pentingnya pendidikan agama. Sehingga hal ini merupakan salah satu faktor yang sangat mendukung keberhasilan beliau dalam bidang ilmu pengetahuan agama, dan disiplin yang tinggi denganpenuh kasih sayang dari kedua orang tuanya. Meskipun kehidupan orangnya yang berada pada sebuah yang cukup terpencil dan kondisi ekonomi yang pas-pasan. Mata pencaharian orang tuanya hanya sebagai petani, namun mereka mepunyai kawasan yang luas tentang arti pentingnya pendidikan terutama pendidikan agama.
1. Riwayat Pendidikan
Setelah tampak pertumbuhan bakat dan kecerdasannya terutama dalam hal pemahaman agama dan semangat yang tinggi untuk memperdalam ilmu-ilmu agama. Maka orang tuanya senantiasa meberikan dorongan dan dukungan untuk terus belajar guna mencapai pengetahuan ilmu agama yang tinggi. Ternyata apa yang diharapkan oleh orang tuanya agar anaknya menjadi orang yang berilmu dapat disikapi dan dipenuhi oleh Muhammad Aini. Hal ini telah terbukti menamatkan pendidikan, baik formal maupun non-formal, bahkan ia dapat menuntut ilmu sampai akhir hayat. Adapun pendidikan yang pernah ia tempuh adalah :
- Pendidikan Dasar (Volks School)
Volks School adalah lembaga pendidikan untuk tingkat dasar pada jaman penjajahan Jepang yang berada di kampung Pandahan sekitar ± 4 km dari kampung Pematang Karangan. Ia belajar di sekolah tersebut selama 3 tahun yang dimulai dari tahun 1942 sampai 1943.
- Madrasah Kulliyatul Mu’alimin (KMI)
Madrasah Kulliyatul Mu’alimin (KMI) merupakan lembaga pendidikan agama yang berada di kampung Tambaruntung. Ia menuntut ilmu di Madrasah ini selama 5 tahun mulai dari tahun 1945 sampai 1949. Seiring dengan kecerdasan dan bakatnya dalam permasalahan agama. Di samping belajar Madrasah Kulliyatul Mu’alimin, ia juga memperdalam ilmu agama seperti tauhid, fiqih, akhlaq, tasauf dengan datang ke rumah guru beliau.
Adapun guru-gurunya antara lain :
Tuan guru H. Abdullah Shiddiq, ia pernah bermukim dan menuntut ilmu agama di mesir selama ±10 tahun.
Tuan guru H. Hidayatullah, pendiri dan pengasuh Madrasah Kulliyatul Mu’alimin di Tambaruntung.
Tuan guru H. Bijuri, ia di samping sebagai guru juga adalah mertua Tuan guru H. Muhammad Aini.
Tuan guru H. Samsuni di Tambaruntung
Tuan guru H. Ali Mansur di Limau gulung Timba’an
Tuan guru H. Mahfuzh
Tuan guru H. Asy’ari di serawi
Tuan guru H. Asmuni di Tambaruntung
- Menuntut Ilmu Kepondok Pesantren Darussalam, Martapura
Setelah menamatkan pendidikan agama di Madrasah Kulliyatul Mu’alimin (KMI) di desa Tambaruntung selama 5 tahun, ia kemudian meneruskan pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam, Martapura. Menjalani pendidikan yang terpisah dengan kedua orang tua, bekal yang diberikan agar sedapat mungkin untuk mencukupi karena orang tua hanya sebagai petani.
Namun meski demikian, dengan niat yang tulus dan ikhlas, tekad dan kemauan yang keras untuk memperdalam ilmu pengetahuan. Dukungan orang tua serta do’a yang disampaikan, maka kendala pada waktu itu dapat dilalui dengan kesabaran dan tawakkal. Berkar sabar dan tawakkal itulah kesuksesan dapat diraih yaitu dengan menamatkan pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam, Martapura tersebut selama 6 tahun yang dimulai tahun 1950 sampai tahun 1956.
Ia dikenal sebagai seorang yang sangat dicinta denga ilmu, karena sejak kecil oleh orang tua ditanamkan sikap dan dorongan untuk terus menerus menuntut ilmu khususnya ilmu agama islam, baik secara formal maupun mengaji kepada guru-guru agama. Hal inipun ia lakukan tatkala menuntut ilmu di Pondok Pesantren Darussalam, di samping menuntut ilmu secara formal di pesantren, ia juga memperdalam berbagai cabang ilmu dengan cara mendatangi guru-guru.
Adapun guru-guru yang pernah mengajarinya baik di Pondok Pesantren maupun di tempat guru selama menuntut ilmu si Martapura, antara lain:
KH. Semman Mulia
KH. Syarwani Abdan
KH. Husein Qadri
KH. Salman Djalil
KH. Salim Ma’ruf
Tuan guru H. Muhammad Ramli
Tuan guru H. Azhari/ guru Jahri
Tuan guru H. Salman Yusuf
Tuan guru H. Marzuki
10. Tuan guru H. Muhammad Nasrun Thahir yang merupakan guru dalam bidang qiraat al-Quran.
Selepas ia menuntut ilmu di pondok pesantren Darussala, Martapura ternyata bukan akhir kegemarannya dalam menuntut ilmu-ilmu agama. Ia secara rutin dan istiqamah mengikuti pengajian yang dipimpin oleh KH. Muhammad Zaini (guru sekumpul) putra Abdul Ghani putra Abdul Manaf putra Mufti H. Muhammad Khalid putra al-‘Alim al-‘Allamah Hasanuddin putra Syeikh Maulana Muhammad Arsyad al-Banjari, di samping mengaji kepada KH. Semman Mulia.
Selama kurun waktu 24 tahun beliau mengikuti pengajian agama yang dipimpin KH. Muhammad Zaini putra Abdul Ghani (guru sekumpul) yakni mulai tahun 1976 sampai beliau mendekati akhir hayat. Beliau mulai mengikuti pengajian guru sekumpul yang dimulai dari lokasi di daerah Keraton Martapura sampai yang dilaksanakan di Mushalla ar-Raudhah, Sekumpul, Martapura.
Sikap yang ditanamkan oleh kedua orang tuanya ternyata sangat melekat pada kepribadiannya, sehingga tidak heran kalau ia sangat memperhatikan masalah pengaturan waktu yaitu kapan untuk keluarga, mengajar ilmu (dakwah) serta menuntut ilmu.
Lebih-lebih selama pada saat ia mengaji/berguru secara khusus kepada KH. Muhammad Zaini putra Abdul Ghani (guru sekumpul) sekaligus yang memimpin rohaninya. Dalam suatu kesempatan ia pernah mengatakan “Alhamdulillah semangatku untuk menuntut ilmu tidak pernah berubah semenjak dulu hingga sampai ke usia tua, yang berubahhanya kondisi tubuh, kalau semangat malah semakin meningkat”.
Hal ini merupakan wujud dari pengalaman dari kandungan ajaran Rasulullah saw, seperti sabda Rasulullah, yang artinya : Tuntutlah ilmu dari buaian (ayunan) sampai ke liang lahat
Dari perjalanan waktu yang cukup panjang dalam menggali dan memperdalam ilmu begitu sarat dan banyak ilmu serta amalan beserta sanad-sanadnya yang ia peroleh dari KH. Muhammad Zaini putra Abdul Ghani (guru sekumpul). Sehingga dengan penuh hormat dan tawadhunya terhadap guru-gurunya, ia sering mengatakan “Bahwa keadaan kehidupanku ini, Alhamdullah, semuanya berkat peguruan’ (guru-guru beliau)”.
Hal ini menunjukkan betapa besar rasa hormat, adab dan tawadhunya kepada guru-gurunya sehingga tidak heran pula beliau sangat disayangi dan dicintai oleh guru-gurunya. Bukti bahwa guru begitu sayang kepadanya adalah ketika ia menunaikan rukun islam yang kelima (naik haji) guru sekumpul seringa menyebut namanya padahal ia tidak berada di pengajian tersebut. Demikian juga ketika guru sekumpul masih hidup dan tuan guru H. Muhammad Aini sudah meninggal dunia, anak cucunya diundang ke kediaman guru sekumpul ketika hendak pulang, Guru sekumpul berpesan kepada anak tertua titip salam kepada Tuan guru H. Muhammad Aini (tuan guru H. Ayan)
2. Sikap Kepribadian
Seperti diketahui, setelah menamatkan pendidikan pada Pon-Pes Darussalam Martapura, ia kembali ke Kampung halaman membawa bekal ilmu yang cukup untuk menjalani kehidupan sebagai seorang petani disamping berhikmat dengan ilmu karena menurut beliau ilmu adalah untuk diamalkan dengan ikhlas bukan sebagai tujuan dan hujjah tetapi ilmu sebagai jalan untuk mencapai tujuan dan mendapatkan ridha Allah SWT, ia kawin dengan Hj. Siti Aminah putri H. Bijuri yang merupakan anak gurunya.
Dari perkawinan tersebut melahirkan 9 orang anak, yaitu:
- Tuan guru H. Ibrahim
- Hj. Rahmah
- Ustaz H. Muhammad Hasnan
- Ustaz H. Muhammad Syahminan
- Hj. Hamdanah
- H. Muhammad Thahir Zaki
- Hj. Rafikah
- Arfah
- Hj. Rajabiah
Figur KH. Muhammad Aini (guru Ayan) putra H. Ali sungguh mempunyai kehidupan dan kepribadian yang mengagumkan. Sebagi muballigh, dai terkenal sekaligus ulamaa-il ‘aamilin, ia mampu menjalin hubungan baik dan harmonis dengan siapa saja, baik dari kalangan pemerintah maupun masyarakat biasa.
Sebagai tokoh kharismatik, ia tidak pernah menginginkan kedudukan/menjadi pegawai atau pejabat di lungkungan pemerintahan. Namun beliau sangat mendukung kebijakan pemerintahan yang adil, baik dan benar. Begitu pula halnya dengan masalah politik, ia mampu bersikap netral dan beliau lebih memilih kedudukan non-formal sebagai tokoh ulama yang mengayomi semua kelompok dan golongan serta membawa masyarakat menuju khairal ummah.
Hal ini merupakan suatu pilihan sikap yang sangat berani, tegas dan konsekuen (istiqamah), dimana saat pemerintahan pada masa itu ada kecenderungan menjadikan ulama untuk kepentingan pemerintah dan politik. Di samping itu dalam beramar ma’ruf nahi munkar, ia selalu bersikap jujur apa adanya. Ia selalu mengatakan kalau yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Beliau juga mempunyai sikap yang sangat disiplin dan teguh memegang janji, ia sangat tidak suka didustai apalagi berdusta kepada orang lain.
Dari pergaulan, ia telah banyak memberikan contoh teladan karena dalam pergaulannya di masyarakat senantiasa membawa misi/tujuan tertentu untuk kemaslahatan masyarakat.
Sebagai ilustrasi (gambaran) suatu ketika ia pernah membaur dengan masyarakat mengadakan kegiatan permaian rakyat “bagasing”. Masyarakat bingung mengapa ia ikut bermain gasing, malah dalam suatu pengajian murid bertanya hukumnya dari sisi agama bermain gasing. Ia tidak menjawab karena tujuan untuk menjalin silaturrahmi masyarakat yang kurang harmonis masih berjalan dan diupayakan. Setelah masyarakat kembali dapat menjalin silaturrahmi dan mempererat ukhuwah Islamiyah di tengah-tengah kondisi lapisan masyarakat, akhirnya apa yang dilakukannya bertujuan untuk kepentingan kemaslahatan umat.
Kejadian diatas merupakan bentuk dalam mengikuti orang-orang saleh tedahulu dalam berdakwah menyesuaikan kegemaran yang dilakukan oleh masyarakat pada waktu itu. Kalu Wali Songo berdakwah dengan wayangnya, maka ia mempererat dan memperkokoh kesatuan dan persatuan melalui kegiatan “bagasing”.
Pada sisi lain, dalam kehidupan bermsyarakat, ia dikenal dekat dengan masyarakat. Karena ia memang ingin dapat merasakan apa yang dirasakan oleh masyarakat. Sehingga tidak jarang juga melakukan apa yang dilakukan kebanyakan masyarakat seperti bertani, menagkap ikan dengan cara memancing, menjambih, mendandang serta mahalawit. Ini semua merupakan bentuk “riyadhah” dalam menapaki jalan para orang shaleh dan para ulama yang menghimpun antara syariat, thariqat dan haqiqat serta ma’rifat.
3. Usaha Pengembangan Syiar Islam
- Bidang Dakwah
Mayarakat Pematang Karangan sejak dahulu termasuk masyarakat yang religius (agamis). Sejak 10 tahun yang lalu di Pematang Karangan telah berlangsung Kegiatan “Babacaan” atau pengajian agama yang istilah sekarang disebut dengan majelis taklim yang dipimpin oleh tuan guru H. Bijuri putra Dalusman setiap hari Jum’at pagi yang bertempat di Mushalla (langgar) Darul Aman. Tuan guru H. Bijuri dengan penuh kesabaran membimbing masyarakat Pematang Karangan dan sekitarnya dengan berbagai macam ilmu agama seperti, tauhid, fiqih, dan tasauf.
Sekitar tahun 1968, tuan guru H. Bijuri berpulang kerahmatulah dalam usia ±80 tahun dan di makamkan di samping mushalla Darul Aman yang dibangunnya. Setelah meninggalnya tuan guru H. Bijuri, maka yang melanjutkan agar tetap terlaksana syiar islam dan rasa tanggung jawab yang besar terhadap pentingnya pendidikan agama bagi keluarga dan masyarakat. Oleh sebab itu keggigatan “babacaan” di Pematang Karangan dilanjutkan oleh tuan guru H. Muhammad Aini atau yang lebih dikenal dengan sebutan tuan guru H. Ayan dan ia juga merupakan menantu dari tuan guru H. Bijuri.
Setelah berjalan beberapa tahun di bawah asuhan Tuan Guru H. Muhammad Aini (Tuan Guru H. Ayan) ini mengalami perkembangan dan berjalan sangat pesat. Pada awalnya ketika dipimpin oleh Tuan Guru H. Bijuri dilakukan setiap Jum’at pagi, pada masa Tuan Guru H. Ayan kemudian ditambah pada Jum’at malam untuk perempuan dan sabtu malam untuk umum yang didahului dengan pembacaan syair-syair mauled al-Habsyi.
Dalam perkembangannya memang beberapa kali terjadi perubahan waktu kegiatan, karena ia menyesuaikan dengan pengajian yang dipimpin oleh Guru Sekumpul (KH. Muhammad Zaini putra Abdul Ghani) di Sekumpul, Martapura. Perubahan itu berlangsung beberapa kali seperti dilaksanakan pada rabu malam kemudian pada senin malam dan akhirnya dilakukan pada selasa malam.
Figur Tuan Guru H. Muhammad Aini (H. Ayan) dikalangannmasyarakat Pematang Karangan dan Kabupaten Tapin umumnya adalah merupakan ulama yang kharismatik. Sehingga pengajian yang dipimpin olehnya jumlah jemaahnya selalu bertambah banyak hingga mencapai puluhan ribu orang. Desa Pematang Karangan yang dulunya kurang dikenal, setelah adanya pengajian yang dilakukan oleh Tuan Guru H. Muhammad Aini ini makin dikenal bukan saja yang ada di Kabupaten Tapin, tetapi sampai Daerah Hulu Sungai. Beliau dalam memberikan pelajaran agama (pengajian) di samping di rumah dan mushalla Darul Aman, ia juga meluangkan waktu untuk memberikan pengajian agama secara rutin dan bergiliran dimana-mana tempat masyarakat yang menghajatkan baik di mesjid, mushalla atau di sekolah-sekolah.
Selain itu juga, ia sering mengabulkan hajat/undangan masyarakat untuk memberikan ceramah agama baik di mesjid, mushalla, madrasah/sekolah maupun di kantor-kantor pemerintah. Ia juga merupakan seorang da’i/ muballigh yang terkenal pada masa itu tidak saja di Kalimantan Selatan . tetapi juga di Kalimantan Timur dan di Kalimantan Tangah. Beliau aktif melaksanakan dakwah/tabligh akbar yang dilakukan secara berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lainnya uktuk memberikan pencerahan/siraman rohani guna memantapkan keyakinan agama islam dan pengalamannya pada masyarakat.
Tempat yang dilakukan dalam kegiatan tabligh bukan saja di kota tetapi juga dilakukan di desa-desa bahkan sampai pelosok daerah terpencil sekalipun. Untuk mencapai tujuan ada yang menggunakan kendaraan bermotor, sepeda, perahu (kelotok) bahkan juga harus dilakukan dengan jalan kaki.
Ditengah kesibukannya memberikan pengajian dan berdakwah, ia juga tetap aktif memperdalam ilmu agama dan berguru kepada KH. Seman Mulia, Keraton, Martapura dan KH. Muhammad Zaini putra Abdul Ghani (guru Sekumpul). Setelah kurun waktu selama ± 17 tahun ia melaksanakan kegiatan dakwah umum untuk masyarakat, kemudian beliau menghadap KH. Seman Mulia untuk memohon petunjuk dan bimputragan sekaligus memperdalam ilmu agama.
Atas berkat nasehat KH. Seman Mulia yang mengatakan kepada Tuan Guru H. Muhammad Aini putra H. Ali mengatakan : “ untuk memperdalam ilmu nyawa (kamu), maka nyawa (kamu) unda (aku) serahkan kepada Anang (panggilan kesayangan pada KH. Muhammad Zaini putra Abdul Ghani sekaigus yang akan memimpin nyawa (kamu) dan nyawa (kamu) memberikan pengajian agama cukup di rumah dan di langgar (mushalla) saja.
Dengan demikian akhirnya Tuan Guru H. Muhammad Aini putra H. Ali memutuskan dengan tulus ikhlas melaksanakan nasehat guru beliau tersebut. Mulai saat itu beliau tidak lagi melaksanakan pengajian agama di tempat-tempat lain, melainkan hanya memberikan pengajian di rumah dan mushalla di depan rumahnya. Kalau dilihat secara keseluruhan waktunya dalam mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat selama ±45 tahun.
Melihat kiprahnya dalam menyampaikan pengetahuan mengenai agama merupakan sebagai generasi penerus perjuangan Rasulullah saw (waratsatul anbiya-i). ia membaktikan seluruh hidup secara konsisten (istiqamah) menetapi jejak sunah Nabi saw. Untuk pengembangan dakwah dan syiar islam serta berkhidmat dengan ilmu yang penuh keikhlasan, rajin, cermat, dan tanpa pamrih.
Segala niat, sikap dan amal ibadah perjuangan beliau, semoga Allah AWT senatiasa memberikan nilai positif dengan ganjaran tempat yang mulia di sisi-Nya. Amin.
4. Bidang Pendidikan/Pendirian Pesantren
Sebagaimana diketahui bahwa Tuan Guru H. Muhammad Aini putra H. Ali dikenal sebagai seorang yang sangat cinta dengan ilmu. Atas dasar kecintaanya dengan ilmu itulah yang melahirkan ide-ide/gagasan untuk mengembangkan syiar islam dan ilmu pengetahuan agama melalui Lembaga Pendidikan Islam. Hal ini juga melihat keadaan sosial keagamaan pada masyarakat Pematang Karangan dan belum adanya Lembaga Pendidikan Islam yang memadai kecuali Pon-Pes Darussalam di Martapura.
Ide/gagasan yang cemerlang tersebut disambut baik oleh adik iparnya Tuan Guru Abdul Jalil putra Tuan Guru H. Bijuri yang bermakam di dalam kubah samping mushalla Darul Aman pada tanggal 10 Agustus 1985/24 Zulqaidah 1405 H, mulailah direalisasikan ide tersebut oleh Tuan Guru H. Muhammad Aini uang didukung oleh Tuan Guru Abdul jalil. Dalam pendiria pesantren ini juga dibantu oleh Guru H. Abdullah, Guru H. Asnawi, Guru H. Ibrahim (anak), Guru H. Muhammad Hasnan (anak), Guru H. Abdul Khaliq dan H. Junaidi Naseri (menantu) beserta komponen masyarakat lainnya. Lembaga Pendidikan Islam tersebut diberi nama “Pesantren Sulubussalam” dan pada tahap awalnya menyelenggarakan pendidikan untuk tingkat Madrasah Diniyyah Awwaliyah.
Pada s aat pertama dibuka dan belum mempunyai gedung sabagai tempat belajar, maka sementara meminjam tempat di Balai Desa Pematang Karangan. Namun berkat kegigihan beliau bersama panitia pembangunan yang didukung oleh komponen masyarakat serta pemerintah dalam waktu yang relatif singkat dapat dibangun dua buah ruang belajar santri. Seiring dengan perkembangan dan dinamika tuntutan masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya di pesantren ini disikapinya dengan mengembangkan secara terus menerus, baik segi fisik maupun sarana prasarana serta guru-guru pengajar.
Setelah berjalan selama 5 tahun sejak didirikan pada tahun 1985, perkembangan pesantren berjalan cukup pesat, hai ini denga kebanyakan santri yang sekolah di pesantren ini. Maka memenuhi serta tuntutan masyarakat akan perlunya lanjutan dari Madrasah Diniyah Awwaliyah, pada tahun 1990 dibuka jenjang pendidikan tingkat Madrasah Diniyah Wustho (3 tahun).
Alhamdulillah, kini pesantren Sulubussalam, Pematang Karangan telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, diman apada tahun ajaran 2005/2006 santrinya berjumlah 2.152 orang yang didukung 33 orang guru dan fasilitas ruang belajar sebanyak 33 kelas. Kondisi ini tidak terlepas dari figur KH. Muhammad Aini putra H. Ali dengan ikhlas berjuang dengan tenaga, pikiran dan harta selaku pendiri, pimpinan sekaligus pengasuh. Hal ini juga tidak terlepas dari usaha kerja keras dari penerus kepemiminannya beserta komponen masyarakat dan pemerintah.
5. Berpulang Ke Rahmatullah
Pada saat usia Tuan Guru KH. Muhammad Aini putra H. Ali ± 67 tahun, ia mulai sakit-sakitan dan akibat sakit yang dialami sempat beberapa hari dirawat di Rumah Sakit Sari Mulia, Banjarmasin. Kemudian pindah ke Rumah Sakit Umum Ulin, Banjarmasin. Setelah menglami perawatan di Rumah sakit beberapa hari, ia meminta untuk pulang ke Rantau, dalam perjalanan pulang menuju Rantau tersebut sampai Martapura ia menghembuskan nafas terakhir melepas roh yang suci, Inna lilahi wa inna ilahi raji’un.
Ia kembali menghadap ke hadirat Allah pada malam senin 21 Jumadil Awwal 1421 H/20 Agustus 2000 pukul 23.45 WITA.
Ia di makamkan di samping mushalla Darun Aman, desa Pematang Karangan, Kecamatan Tapin Tengah pada siang senin esok harinya sekitar pukul 15.30 WITA menjelang shalat Ashar.
Kini ulama yang ‘waratsatu an-biya’i’ tersebut telah tiada, namun meski demikian semoga kita dapat mewarisi semangat dan meneladani sikap kepribadian dan perjuangan beliau.
Semoga segala amal baik dan ibadah beliau diterima Allah dengan ganjaran maqom (tempat) yang mulia disisi-Nya. Serta kita semua senantiasa mendapat petunjuk, bimbingan dan ridho Allhan berkat kemuliaan beliau dan guru-gurunya. Amin ya Rambal’Alamin.
6. Keramat
Guru H. Muhammad Aini atau yang biasa disebut dengan Tuan Guru H. ayamn mempunyai kelebihan seperti :
- Apabila berkehendak dikabulkan oleh Allah SWT
Pernah tejadi ketika ingin menunaikan ibadah haji untuk yang kedua kali, uang yang ada hanya cukup untuk satu orang saja sedangkan isterinya berkeinginan juga untuk ikut menunaikan rukun islam yang kelima. Pada waktu itu setor haji mendekati keberangkatan boleh saja melunasi tidak seperti sekarang harus setor duluan itupun harus menunggu beberapa tahun karena banyaknya masyarakat yang ingin menunaikan ibadah haji. Sementara menunggu setoran haji, rejeki yang didapat tidak terhingga datangnya, akibatnya dari rejeki yang diperoleh tersebut uangnya cukup untuk dua orang. Bahkan rejeki yang didapat itu cukup untuk bekal selama menunaikan ibadah haji.
- Kubur diziarahi Orang
Banyak masyarakan yang datang ke kuburnya untuk berziarah dan mengabulkan hajat serta memanjatkan do’a. orang yang datang ke kuburnya ada yang membawa kain kuning untuk diletakkan. Ada masyarakat yang datang membaca Yasin dan bertahlil, dan mereka yang berziarah bukan saja masyarakat yang ada di rantau melainkan juga mereka yang berasal dari luar daerah Tapin.
- Memberi Air Tawar (air yang diberi doa)
Masyarakat banyak yang datang ke rumahnya dengan berbagai macam keinginan dan permohonan, mulai dari masalah rumah tangga sampai kepada meminta air tawar dengan berbagai keperluan (hajat).
- Keperluan Haulan Melimpah
Setiap kali keluarganya akan mengadakan haulan untuk mengenang meninggalnya beliau yang setiap tahun diadakan haulan. Dalam pelaksanaan haulan tersebut pihak keluarga tidak terlalu repot memikirkan apa-apa yang diperlukan untuk haulan. Makanan yang akan diberikan kepada masyarakat merupakan pemberian dari masyarakat seperti sapi, beras serta bumbu-bumbu masakan.
Haulan yang dilakukan setiap tahun dibanjiri oleh masyarakat, bukan saja mereka yang datang yang berasal dari Kabupaten Tapin melainkan juga mereka yang datang dari luar Kabupaten Tapin.
- Hujan deras berhenti dengan mendadak
Ini adalah pengalaman admin Kisah Para Datu dan Ulama Kalimantan sendiri ketika berada di tempat beliau,waktu itu seperti kebiasaan masyarakat kabupaten tapin dan masyarakat banjar lainnya setiap malam malam ganjil terakhir bulan Ramadhan untuk melaksanakan Sholat hajat dan sholat Tasbih pada waktu sepertiga malam,saat itu yang berhadir sangat banyaknya,tanpa di sangka sangka ternyata malam itu hujan turun dengan sangat lebatnya,hingga banyaklah jamaah yang pulang hingga cuma tertinggal sekitar ratusan orang,saat itu paman admin sendiri berkata,"kita jangan pulang,kita tunggu saja sampai Abah Guru Keluar rumah,kita buktikan kalau beliau seorang ulama yang mempunyai keramat Insyaallah hujan akan berhenti dengan sendirinya,alhamdulillah Allah menjawab keraguan kami semua,tak lama sebelum waktu acara di mulai beliau keluar dari rumah tanpa memakai payung (padahal waktu itu hujan masih sangat lebat ),kami perhatikan beliau memandang ke arah langit,subhanallah...begitu beliau menjejakkan kakinya ketanah,hujan berhenti dengan tiba tiba,hingga acara bisa di laksanakan dengan lancarnya...Allahumma salli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad
sumber
Ditulis oleh :Aby Husein al adamy Yuliansyah Riffa,i
KH. M. Ideram Lawahan Rantau
Al Mukarram Al ‘Alimul “Allamah H. M. Ideram lahir di desa Lawahan tahun 1914 M sedangkan beliau Wafat pada malam Jumat tahun 1975 M dalam keadaan sujud di sajadahnya, ketika beliau sedang melaksanakan Shalatul Lail yang telah menjadi kebiasaannya setiap malam selama hidupnya. Beliau adalah seorang ulama yang membawa syiar Islam dalam lingkungan masyarakat lebih cenderung Bilhal ( perilaku ) . Ulama yang satu ini lebih suka memberi contoh kebaikan, bersikap lemah lembut, penyayang tanpa banyak berbicara. Sikap beliau ini berbeda dengan ipar beliau yaitu Al Mukarram Tuan Gr. H. M. Kasyful Anwar ( Lahir 1916 M – Wafat 1991 M ) yang lebih banyak berdakwah Bil Lisan ( ucapan ) disamping Bilhal. Sepasang tokoh masyarakat berdua ini , selama hidup mereka senantiasa menyebarkan syiar –syiar Islam dengan mengajarkan kitab kuning di lingkungan masyarakat sekitar tanpa mengenal lelah.
Di antara Karamah Tuan Guru H. M. Ideram :
1. Beliau meninggal malam Jumat dalam keadaan sujud ketika Shalatul
Lail.
2. Dalam sehari-semalam ( 24 jam ) sering mengkhatamkan Al quran .
3. Di hari beliau meninggal hujan gerimis padahal saat itu musim panas.
4. Pernah terlihat cahaya memancar dari kubur beliau.
5. Beliau pernah bercerita bahwa dalam tidurnya bermimpi melihat
syurga dan masuk ke dalamnya. Kemudian duduk di atas kursi emas
dalam syurga tersebut .
6. Almarhum pernah mengeluarkan pernyataan di sebuah pertemuan lebih kurang 50 tahun yang lalu. Beliau berkata, “ bahwasanya aku melihat di belakang kampung Lawahan arah sebelah selatan, disana akan terdapat pelabuhan dengan kapal hilir mudik dan listrik akan menyala terang benderang “. Lalu beliau mengatakan pula , “ Daerah rimba ( rawa ) nantinya akan menjadi daerah perkebunan “.
Ketika beliau mengutarakan hal tersebut orang-orang yang mendengar merasa bingung dan bertanya-tanya dan rasanya tidak masuk akal, sebab kampung Lawahan di masa itu pada malam hari selalu gelap gulita tanpa ada penerangan listrik. Apalagi daerah rimba ( rawa ) tidak mungkin menjadi daerah perkebunan karena mustahil bisa di tanami. Namun..…Alhamdulillah perkataan Tuan Guru H. M. Ideram ± 50 tahun yang lalu itu telah menjadi kenyataan . Sekarang di sebelah selatan dari kampung Lawahan terdapat pelabuhan tongkang dan terdapat kanal untuk kapal batu bara hilir mudik berlabuh dengan cahaya listrik yang terang benderang terlihat setiap malam hari. Kemudian daerah perkebunan yang beliau utarakan tersebut telah terbukti dengan banyaknya pohon-pohon kelapa sawit yang tumbuh subur ( Perkebunan Kelapa Sawit ) di daerah rimba itu.
Mudah mudahan Allah senantiasa melimpahkan Rahmat dan karunianya kepada beliau dan seluruh keturunannya beserta seluruh orang orang yang mencintai beliau ...wa ila hadratinnabi alfatihah .....aamiin
sumber
Ditulis oleh Kemal Fasha al Anwar
Ditulis ulang :Aby Husein Al Adamy Yuliansyah Riffa,i
Sayyid Abu Bakr bin Hasan Assegaf dan Islam Loksado
Loksado adalah kawasan pariwisata yang cukup digemari baik oleh wisatawan lokal Kalimantan Selatan maupun nasional dan bahkan internasional. Pesona yang dimiliki Loksado memang sangat menawan. Salah satu keunikan yang sampai sekarang masih ada adalah kawasan air terjun dan air panas.Penduduk asli kawasan Loksado biasa disebut dalam peristilahan sekarang yaitu masyarakat suku dayak Loksado, meskipun aslinya mereka bukanlah Dayak, melainkan Banjar. Kehidupan masyarakat Loksado ini dicirikan oleh suasana rukun dan saling bahu membahu sebagaimana terekspresikan dari bangunan tempat tinggal yang bersatu atau mereka buat dalam ukuran besar dan tinggi yang disebut Balai Panggung. Inilah ciri khas kehidupan yang damai dan polos.
Siapa yang menduga bahwa ternyata Islam sudah menancapkan akar dakwahnya sejak ratusan tahun silam di kawasan pegunungan Loksado. Bahkan, tidak tanggung-tanggung, para agen Islamisasi yang aktif berinteraksi dengan warga Balai tempo dulu justru para zuriat Rasulullah saw sendiri. Berikut adalah sekilas jejak perjalanan hidup salah seorang di antara mereka yang meninggalkan pusara di kawasan itu, yaitu Sayyid Abu Bakr bin Hasan Assegaf.
Sayyid Abu Bakr bin Hasan Assegaf hidup di paroh akhir abad ke-18 M. Menurut angka tahun di nisan beliau, tercatat wafat pada tahun 1902 M. Beliau bermakam di Alkah Balai Ulin Desa Lumpangi Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Menurut folklor setempat, pembawa agama Islam yang pertama di wilayah pegunungan meratus adalah Habib Idrus bin Hasyim Assegaf beserta saudaranya yang bernama Habib Hasan bin Hasyim Assegaf (wafat tahun 1802) yang sekarang bermakam di Desa Taniran.
Para zuriat Rasulullah saw tersebut konon berasal dari Hadramaut, dan menginjakkan kaki pertama di Bandarmasih (nama lama Kota Banjarmasin). Setelah sempat beberapa waktu menetap dan memperistri seorang warga di kota bandar itu yang melahirkan seorang putra bernama Habib Ali bin Idrus Assegaf, Habib Idrus beserta keluarga tersebut kemudian berpindah ke wilayah Banua Anam, tepatnya ke kampung Lumpangi. Konon, perjalanan ke kampung tersebut pada waktu itu ditempuh hanya dengan berjalan kaki.
Masih berdasarkan folklor yang berhasil penulis gali, para habaib tersebut memiliki gambaran audiens dakwah yang mirip dengan wali songo di Tanah Jawa. Di kampung Lumpangi kala itu masih berupa kehidupan Balai, yaitu Balai Ulin; dan di sana terdapat tokoh yang disebut penghulu Balai yang terkenal dengan kemampuannya mengobati orang sakit. Ternyata, kemampuan medis habib yang baru datang ke wilayah itu lebih tinggi darinya, sehingga warga Balai sangat terkesima dan akhirnya mau menerima Islam. Bahkan, disebutkan bahwa di antara tokoh habib itu ada yang menikahi puteri penghulu Balai Ulin. Sedangkan warga Balai yang enggan menerima Islam akhirnya menyingkir sampai ke kampung Tanuhi sekarang, meskipun akhirnya terus didatangi oleh para habib sampai beroleh kesepakatan bahwa Tanuhi merupakan batas wilayah Islam, karena warga Balai yang tetap dengan agama leluhurnya semakin menyingkir ke kampung Loksado.
Kampung Lumpangi pun berkembang pesat, dan setelah berhasil beradaptasi dengan masyarakat sekitar, beliau memulai berdakwah secara lisan di kalangan warga mengenai akhlak dan amaliyah serta ajaran lainnya. Setelah diterima dengan baik oleh warga Lumpangi, mereka pun bersemangat untuk mempelajari agama Islam. Sedangkan rumah yang dipergunakan tempat mengajar dan berdakwah di Kampung tersebut yang semula hanya dihadiri oleh beberapa orang saja lama kelamaan menjadi penuh, karena warga setempat makin bertambah yang menerima Islam. Kemudian, dibangunlah mesjid dengan konstruksi yang sangat sederhana, yaitu bertiangkan kayu Sungkai, berdinding Kajang, dan beratapkan rumbia. Mesjid inilah yang kemudian dikenal bernama Jannatul Anwar.
Putra Habib Idrus yang bernama Habib Ali bin Idrus Assegaf wafat pada tahun 1909 dan bermakam di tengah kota Kandangan atau persisnya di alkah Alawiyah Ashhab Turban Anak Mas di jalan H.M Rusli.Adapaun salah seorang putra Habib Ali, yaitu Habib Husin bin Ali bermakam di tengah kantin pasar Kandangan. Adapun Habib Idrus bin Hasyim pergi ke tanah Jawa dan wafat di sana. Sementara Habib Hasan bin Hasyim pergi ke Kampung Taniran dan wafat di sana.
Meskipun penulis belum berhasil menggali data etnohistoris dari tetuha masyarakat Taniran, namun diduga kuat bahwa Habib Hasan inilah yang membina penduduk Taniran sehingga mereka memiliki ghirah yang kuat terhadap ilmu agama. Hal ini terbukti bahwa keberadaan Datu Taniran (Tuan Guru Haji Muhammad Thaib) di kampung itu berawal dari adanya permintaan masyarakat Taniran kepada Tuan Mufti Muhammad As’ad agar mengirim seorang ulama ke sana. Mana mungkin penduduk suatu kampung memiliki ghirah yang tinggi terhadap Islam jika sebelumnya tidak diberikan bimbingan yang mampu menentramkan jiwa-jiwa mereka.
Adapun Sayyid Abu Bakr bin Hasan yang konon bertahan di Lumpangi tetap membina masyarakat setempat sampai akhir hayatnya, yaitu tahun 1902 M. Menurut cerita tetuha masyarakat, kakek-kakek mereka sempat hidup sezaman dengan Sayyid Abu Bakr tersebut, ketika warga Kampung Hamawang banyak yang menghindar dari kesewenangan penjajah Belanda dan memilih menetap menjadi orang gunung di Kampung Lumpangi. Disebutkan bahwa perawakan beliau tinggi besar dan memiliki janggut yang panjang sampai ke dada.
Menurut laporan Jurnalisia.net pada bulan Oktober 2010, di alkah Balai Ulin bermakam beberapa Habib lainnya seperti Habib Muhammad bin Ali bin Idrus Assegaf, Habib Ahmad bin Ali bin Idrus Assegaf, Habib Ibrahim bin Ali bin Idrus Assegaf, Habib Hasan bin Ahmad bin Ali Assegaf, Habib Alwie bin Ali Assegaf, Habib Agil bin Ibrahim, Habib Abubakar bin Ibrahim Assegaf, dan Syarifah Amas binti Ibrahim Assegaf.
Sejak dulu hingga kini tiap tahunnya pada akhir bulan Dzulhijjah terus dilaksanakan Haul Akbar oleh zuriat ‘Alawiyyin beserta warga Desa Lumpangi dan sekitarnya, bahkan dihadiri pula oleh masyarakat dari berbagai penjuru Kalimantan Selatan.
penulis :Ahmad Harisudin
di tulis ulang oleh : Abi Husein al adamy
Syekh Abdurrahman Shiddiq Al-Banjari Sapat Indra Giri
Syekh Abdurrahman Shiddq Al-Banjari Sapat Indra Giri dilahirkan ditahun 1857 M,di desa Dalam Pagar martapura kalimantan Selatan,beliau lahir di akhir masa pemerintahan Sultan Adam Al-Watsiq billah bin sultan Sulaiman Al-Mu'tamidillah,ayah beliau adalah Syekh Muhammad Afif (Datu Landak)bin Anang Mahmud bin H.Jamaluddin bin Kyai Dipasunda bin Pardi (Pangeran Diponogoro),sedang ibunya adalah Syafura binti Mufti H.Muhammad Arsyad Lamak Pagatan bin Mufti H.Muhammad As'ad putra Syarifah binti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari,ketika beliau berusia 3 bulan ibunya meninggal dunia dan kemudian diasuh oleh saudari ibunya yang bernama Sa'idah,didalam asuhan bibinya dan juga nenek kakeknya (Syekh Muhammad Arsyad Lamak),kakeknya ini meinggal ketika usianya baru sekitar satu tahun dan mulai saat itu hingga dewasa beliau diasuh oleh neneknya yang bernama Ummu Salamah,neneknya ini adalah seorang perempuan sholeh yang berilmu pengetahuan dan suka beribadah, maka dalam pemeliharaannya itu Abdurrahman kecil di didik serta diajari membaca Al-Qur'an,kemudian setelah dewasa barulah beliau disuruh belajar ilmu agama ke Dalam Pagar Martapura,guru guru beliau di Dalam Pagar antara lain
- KH. Muhammad Said Wali
- KH. Muhammad Khatib
- KH. Abdurrahman Muda
setelah sekian lama belajar dikampung halaman maka beliau berkeinginan menuntut ilmu ketanah suci,menurut riwayat sebelum beliau pergi ke Tanah Suci Mekkah beliau berdagang emas perak dan permata hingga keluar daerah hingga ke Pulau Bangka,Sumatera Selatan,padang Sumatera Barat,setelah dirasa cukup oleh beliau untuk melaksanakan cita cita beliau menuntut ilmu ke Tanah Suci dengan ijin dari orang tua dan keluarganya akhirnya pada tahun 1887 M beliau berangkat ke Tanah Suci Mekkah, diantara guru guru beliau di Mekkah adalah
- Sayyid Bakri Syatha
- Sayyid Ahmad Zaini Dahlan
- Syekh Muhammad Sa'id Ba Bashil
- Syekh Nawawi Al-Bantani
beliau bermukim di Mekkah sekitar 7 tahun,5 tahun belajar ilmu agama 2 tahunnya beliau mengajar (tawliah)di Masjidil Haram,dan pada waktu disana lah salah satu gurunya menambahkan nama dibelakang dengan Ash-Shiddiq,dalam salah satu riwayat beliau pulang ke kampung pada tahun 1894 M setelah mendapatkan ijin dari guru guru beliau,beliau pulang ke Indonesia dengan salah satu sahabatnya di Mekkah yaitu Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi,setelah sampai di Batavia mereka berpisah menuju daerah masing masing,kedatangan Syekh Abdurrahman Shiddiq disambut dengan sangat meriah oleh masyarakat dan sanak kerabat beliau,walaupun ada sedikit kesedihan karena orang yang selama ini mengasuh beliau yaitu neneknya telah berpulang ke Rahmatullah waktu beliau masih menuntut ilmu di Mekkah,dan setelah setahun beliau berada di Martapura Kalimantan Selatan beliau pindah ke Sumatera bersama keluarganya.
Indra Giri adalah sebuah kerajaan yang terletak di kepulauan Riau (sumatera) dulu ke Sultanan nya dibawah Sultan Kerajaan Johor Malaysia,disini lah beliau memilih tinggal di sebuah kampung yang bernama Sapat,dikampung ini beliau membuka lahan pertanian dan perkebunan serta membuat irigasi untuk pengairan sawah sawah,dengan demikian banyaklah orang orang berpindah kekampung ini dan akhirnya ramailah kampung tersebut dan ramailah penduduknya,namun hal ini tidaklah melupakan beliau untuk mengajarkan ilmu ilmunya kepada masyarakat setempat hingga masyhur lah nama beliau kesegenap pelusuk negri,hingga pada suatu hari datanglah utusan dari Istana Kerajaan Negri Indra Giri menemuinya untuk menyampaikan undangan dari Sultan Mahmud Syah supaya beliau berkunjung ke Istana Kerajaan,pada saat pertemuan mereka Sultan meminta beliau supaya mau menjadi Mufti Kerajaan Indera Giri karena keluasan ilmu beliau,pada mulanya beliau menolak,memang sebelum nya iya juga pernah ditawarkan jabatan Mufti oleh gurunya yaitu oleh Habib Utsman bin Yahya Betawi Jakarta yang pada saat itu menjabat sebagai Mufti,tapi tawaran itu beliau tolak dengan halus,adapun di Indera Giri Sultan Mahmud Syah berulang kali mengharap beliau agar menerima tawaran itu,semula ia menolak tapi setelah Sultan memohon dengan berdasarkan kepentingan umat akhirnya beliau menyetujuinya.disamping mengajar dan berdakwah beliau sempat pula mengarang berbagai macam kitab seperti kitab Tauhid,Fiqih,Tasawuf serta kitab kitab lainnya yang berkaitan dengan agama,diantara karangan beliau adalah:
1.Aqa'idul Iman
2.Fathul Alim
3.Amal Ma'rifat
4.Maw'izha lin Nafsi
5.Majmu'ul Ayat wal Hadits
6.Takmilah Qawlul Mukhtashar
7.Asrarus Shalah
8.Kumpulan Khutbah Jum'ad dan Dua Hari Raya
9.Bay'ul Hayawan lil Kafirin
10.Kitabul Fara'idh
11.syair Ibarat Khabar Kiamat
12.Syajarah al-Arsyadiyyah
13.Pelajaran Agama Islam Untuk Anak-Anak
menurut salah seorang keturunannya,selama Syekh Abdurrahman Shiddiq menjabat sebagai Mufti beliau tidak pernah menggunakan gaji jabatannya untuk dirinya,gaji tersebut beliau bagi bagikan kepada orang orang yang memerlukannya,adapun untuk biaya hidup sekeluarga beliau dapat dari hasil kebun dan pertanian beliau sendiri,bahkan dari hasil itu banyak murid murid yang beliau tanggung biaya hidupnya,setelah sekian lama beliau bermukim di Sapat Indera giri,maka terakhir kali ia datang ke Martapura Kalimantan Selatan untuk ziarah ke makam datuknya Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari,tak berapa lama setelah kembali ke Sapat Indera Giri beliau pun jatuh sakit,maka pada hari senin tanggal 4 Sya'ban 1356 H ,bertepatan dengan tanggal 10 Maret 1939 M roh nya yang mulia kembali ke Rahmatullah dalam usia 82 tahun,jasadnya dimakamkan di kampung Hidayat Sapat Indera Giri.
Kepergian beliau ke Hadirat Sang Khaliq membawa amal bakti yang tak ternilai harganya,karena dimasa hidupnya yang hanya menuntut ilmu dan beribadah serta mengajak orang orang ke jalan Allah SWT. Subhanallah ...mudah mudahan kita semua dikumpulkan dengan orang orang sholeh di akhirat nanti...amiin Ya Robbal Alamin...cukup sekian yang saya sampai kan,kalau ada kekurangan atau atau kesalahan dalam penulisan riwayat ini alfaqir mohon maaf ampun sebesar besarnya wabillahi taufik wal hidayah assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sumber : - Riwayat Singkat syekh H.Abdurrahman Shiddiq mufti Indera Giri (Anis Syihab AM)
- Ulama Berpengaruh Kalimantan Selatan
Tulisan diambil di Halaman Kisah Para Datu dan Ulama Kalimantan
MUFTI JAMALUDIN AL-BANJARI
Dari kanan: Muhammad Saman (keturunan ulama Banjar), penulis dan Datuk Mohd Ainal Abdul Fatah Sabah (keturunan ulama Banjar).
Ahli Undang-Undang Kerajaan Banjar
Oleh WAN MOHD. SHAGHIR ABDULLAH
SYEIKH Muhammad Arsyad al-Banjari memperoleh anak dan keturunan yang sangat ramai menjadi ulama. Dalam artikel ini mengungkapkan anak beliau yang bernama Jamaluddin. Ibu Jamaluddin bernama Go Hwat Nio atau sebutan popular dipanggil Tuan Guat saja. Tuan Guat adalah seorang Cina yang memeluk Islam oleh Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari sendiri. Adik beradik daripada ibu ini ada enam orang, yang menjadi ulama besar dan terkenal di antara mereka ialah: 1. Al-`Alim al-`Allamah Khalifah Hasanuddin. 2. Al-`Alim al-`Allamah Khalifah Zainuddin. 3. Al-`Alim al-`Allamah Mufti Haji Jamaluddin. Tiga orang lagi yang perempuan, ialah 4. Aisyah 5. Raihanah 6. Hafsah.
Al-`Alim al-`Allamah Khalifah Hasanuddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari (yang pertama), zuriatnya yang menjadi ulama, ialah al-`Alim al-`Allamah Mufti Haji Muhammad Khalid, al-`Alim al-Fadhil Haji Muhammad Qaim. Al-`Alim al-`Allamah Mufti Haji Jamaluddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari (ketiga), zuriatnya yang menjadi ulama, ialah al-`Alim al-`Allamah Mufti Haji Muhammad Husein, al-`Alim al-Fadhil Qadi Haji Muhammad Amin, al-`Alim al-`Allamah Qadi Haji Abdus Shamad dan al-`Alim al-‘Allamah Haji Muhammad Thasin. Haji Jamaluddin al-Banjari digelar juga dengan `Surgi Mukti’, lahir sekitar tahun 1780 M. Tahun wafatnya belum diketahui. Makamnya terletak di Sungai Jingah (Ku’bah), Banjar.
Adik beradik Mufti Haji Jamaluddin yang seayah tetapi berlainan ibu ialah Syarifah, ibunya bernama Tuan Bajut. Adik beradik Mufti Haji Jamaluddin daripada ibu yang lain pula ialah al-`Alim al-`Allamah Qadi Haji Abu Su`ud, al-`Alim al-`Allamah Khalifah Haji Abu Na`im, dan al-`Alim al-`Allamah Khalifah Haji Syihabuddin. Ibu mereka bernama Tuan Baiduri. Al-`Alim al-`Allamah Qadi Haji Abu Su`ud bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari, sewaktu kembali daripada menunaikan haji, berkahwin lagi di Kedah dan memperoleh seorang putera, Mas`ud. Zuriatnya Tuan Husein Kedah, ulama yang terkenal di Malaysia. Mengenainya telah diperkenalkan di Ruangan Agama, Utusan Malaysia, dengan judul Husein Kedah Al-Banjari, Generasi Penerus Ulama Banjar pada 16 Ogos 2004. Al-`Alim al-`Allamah Haji Syihabuddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari di Mekah, belajar kepada Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani. Tahun 1258 H./1842 M. raja-raja Riau di Pulau Penyengat Indera Sakti meminta kesediaannya menjadi guru di Kerajaan Riau. Adik beradik Mufti Haji Jamaluddin daripada ibu yang lain pula ialah al-`Alim al-`Allamah Haji Abdullah (wafat di Madinah) dan al-`Alim al-Fadhil Abdur Rahim. Beliau menunaikan haji dengan menaiki kapal layar, kapalnya pecah dan beliau wafat. Ibu kedua-duanya bernama Tuan Lipur. Adik beradik Mufti Haji Jamaluddin daripada ibu yang lain pula ialah al-`Alim al-`Allamah Mufti Haji Ahmad dan yang perempuan bernama Shafiyah. Ibu kedua-duanya bernama Ratu Aminah binti Pangeran Thaha bin Sultan Tahmidullah. Pada tarikh 9 Julai 2005, saya dan ahli PENGKAJI bertemu dengan keturunan Shafiyah, Kiyai Haji Muhammad Saman bin Muhammad Saleh di Hotel Pan Pacific, Kuala Lumpur. Pertemuan yang melibatkan beberapa keturunan tersebut yang berasal dari Sabah dan Banjar adalah atas kehendak dan diatur oleh Datuk Mohd Ainal bin Haji Abdul Fattah dan kawan-kawan. Kiyai Haji Muhammad Saman adalah guru agama dari Pesantren Yayasan Nurul Hikmah dan beliau juga aktif mengajar di Sabah. Kami merumuskan kerjasama penyelidikan dan pengembangan khazanah ulama silam dunia Melayu yang perlu diperkasakan. Disingkatkan riwayatnya bahawa semua adik beradik Mufti Haji Jamaluddin ada 30 orang daripada ibu seramai 11 orang.
Keluarga jadi mufti
Lingkungan keluarga dekat Mufti Haji Jamaluddin yang menjadi mufti disebut oleh Syeikh Abdur Rahman Shiddiq dalam Syajarah al-Arsyadiyah, ada 10 orang; 1. Al-`Alim al-`Allamah Haji Jamaluddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 2. Al-`Alim al-`Allamah Haji Ahmad bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 3. Al-`Alim al-`Allamah Haji Muhammad As`ad bin Utsman. 4. Al-`Alim al-`Allamah Haji Muhammad Arsyad bin Mufti Haji Muhammad As`ad. 5. Al-`Alim al-`Allamah Haji Syihabuddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 6. Al-`Alim al-`Allamah Haji Muhammad Khalid bin `Allamah Hasanuddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 7. Al-`Alim al-`Allamah Haji Muhammad Nur bin al-‘Alim al-‘Allamah Qadi Haji Mahmud. 8. Al-`Alim al-`Allamah Haji Muhammad Husein bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 9. Al-`Alim al-`Allamah Haji Jamaluddin bin Haji Abdul Hamid. 10. Al-`Alim al-`Allamah Syeikh Abdur Rahman Shiddiq bin Haji Muhammad `Afif bin `Alimul `Allamah Qadi Abu Na`im bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. Daripada yang pertama hingga kelima pada zaman pemerintahan Sultan Banjar. Sedangkan keenam hingga 10 pada zaman penjajahan Belanda.
Daripada maklumat yang lain, golongan keluarga ini yang menjadi Mufti, ialah : 1. Haji Muhammad Husein bin Mufti Haji Jamaluddin. 2. Haji Abdul Jalil bin Mufti Haji Syihabuddin. 3. Haji Muhammad Yunan bin Mufti Haji Muhammad Amin. 4. Haji Sa`id bin Haji Abdur Rahman. 5. Haji Mukhtar bin Qadi Haji Hasan. Jadi, bererti 10 orang yang di atas ditambah 5 orang, kesemuanya 15 orang. Kemungkinan masih ramai yang belum diketahui.
Keluarga jadi qadi
Keluarga ini yang menjadi qadi, yang telah diketahui sekurang-kurangnya 25 orang, ialah: 1. Al-`Alim al-`Allamah Qadi Abu Su`ud bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 2. Al-`Alim al-`Allamah Qadi Abu Na`im bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 3. Al-`Alim al-`Allamah Haji Mahmud bin Haji Muhammad Yasin. 4. Al-`Alim al-`Allamah Haji Muhammad Amin bin Mufti Haji Jamaluddin al-Banjari. 5. Al-`Alim al-Fadhil Haji Muhammad Ali al-Junaidi bin Qadi Haji Muhammad Amin. 6. Al-`Alim al-`Allamah Haji Muhammad Sa`id al-Jazuli bin Qadi Haji Su`ud. 7. Al-`Alim al-`Allamah Haji Muhammad Amin bin Qadi Haji Mahmud. 8. Al-`Alim al-`Allamah Haji Abdus Shamad bin Mufti Haji Jamaluddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 9. Al-`Alim al-`Allamah Haji Muhammad Jafri bin Qadi Haji Abdus Shamad. 10. Al-`Alim al-Fadhil Qadi Haji Bajuri. 11. Al-`Alim al-Fadhil Haji Muhammad As`ad bin Mufti Haji Muhammad Nur bin Qadi Haji Mahmud. 12. Haji Ibrahim bin Mufti Haji Jamaluddin. 13. Haji Abu Talhah bin Qadi Abdus Shamad. 14. Haji Muhammad Thaiyib bin Haji Muhammad Qasim. 15. Haji Muhammad bin Haji Muhammad Qasim. 16. Haji Zainal bin Lebai Darun. 17. Haji Abdur Rahman bin Qadi Haji Muhammad Sa`id. 18. Haji Qasim bin Mu’min. 19. Haji Muhammad Sa`id bin Mu’min. 20. Haji Muhammad Arsyad bin Qadi Haji Abdur Rahman. 21. Haji Hasan bin Mufti Haji Muhammad Sa`id. 22. Haji Abdur Rauf. 23. Haji Abdul Jalil bin Qadi Haji Muhammad Arsyad. 24. Haji Ahmad bin Abu Naim. 25. Haji Muhammad Arsyad bin Qadi Haji Abdur Rauf.
Aktiviti
Haji Jamaluddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari mendapat pendidikan Islam secara mendalam daripada ayahnya, Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. Selain sebagai Mufti Martapura, Haji Jamaluddin juga giat mengajar sama ada orang awam atau pun golongan istana kesultanan Banjar. Haji Jamaluddin, Mufti Martapura yang paling besar pengaruhnya pada masa pemerintahan Sultan Adam (1825 M – 1857 M), beberapa orang peneliti sejarah berpendapat bahawa Undang-Undang Sultan Adam (1251 H / 1835 M) adalah banyak dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan Mufti Haji Jamaluddin. Sebagai bukti pada Fasal 31, terdapat nama beliau, tertulis sebagai berikut, “Sekalian kepala-kepala jangan ada yang menyalahi pitua Haji Jamaluddin ini namun orang lain yang menyalahi apabila ikam tiada kawa manangat lekas-lekas bapadah kayah di aku.” Fasal 31 tersebut ditulis dengan sangat panjang. Menurut kertas kerja Abdurrahman S.H. (sekarang Hakim Agung Indonesia) tertulis dalam bahasa Banjar huruf Latin / Rumi ejaan lama, seperti huruf `u’ masih menggunakan `oe’. Abdurrahman S.H. juga mencantumkan dalam kertas kerjanya itu teks dalam bahasa Belanda. Beliau menyimpulkan Fasal 31 tersebut bahawa “tentang tata pemerintahan hanyalah bagian pertama saja sedang bagian akhir adalah mengenai nazar.” Selanjutnya Abdurrahman S.H. memberi komentar, “Tetapi yang penting di sini adalah suatu hal yang luar biasa bagi seorang ulama kalau fatwanya dimasukkan ke dalam salah satu pasal daripada undang-undang kerajaan sehingga mempunyai otoritas tersendiri sebagai hukum negara. Suatu hal yang jarang terjadi di mana-mana.”
Selain hal-hal yang tersebut di atas, Mufti Haji Jamaluddin al-Banjari adalah seolah-olah sebagai seorang pendamai perselisihan keluarga Diraja Banjar dan pemegang “Surat Wasiat Sultan Adam”. Dalam bulan Disember 1855 Sultan Adam menulis surat wasiat yang kandungannya bertujuan pengganti Sultan Adam sebagai sultan ialah Pangeran Hidayatullah. Kepada puteranya Pangeran Prabu Anom, dan cucunya Pangeran Tamjidillah diancam dengan hukuman mati, jika menghalangi surat wasiat itu. Surat Wasiat Sultan Adam yang tersebut juga dipegang oleh Mufti Haji Jamaluddin al-Banjari.
Penulisan
Karya Mufti Haji Jamaluddin al-Banjari yang paling terkenal di seluruh dunia Melayu ialah `Perukunan Jamaluddin’. Pada semua cetakan `Perukunan Jamaluddin’ dapat dipastikan bahawa kitab yang tersebut memang karya beliau. Namun masih ada pendapat yang mengatakan bahawa kitab tersebut adalah karya saudara perempuannya bernama Syarifah binti Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. Pendapat yang lain pula ada yang mengatakan adalah karya anak saudaranya yang bernama Fatimah. Pada pandangan saya, sebelum menghuraikan mengenai ini perlulah kita mengenali pelbagai versi kitab yang dinamakan Perukunan. Setelah kita mengenali pelbagai versi, barulah kita dapat menentukan pengarangnya. Ada yang dinamakan `Perukunan’ saja. Ada yang dinamakan Perukunan Jamaluddin. Ada yang dinamakan Perukunan Besar. Ada yang dinamakan Perukunan Melayu. Ada yang dinamakan Perukunan Jawa. Ada yang dinamakan Perukunan Sunda. Dan terakhir sekali ada yang dinamakan Perukunan Bugis. Tiga jenis `Perukunan’ yang terakhir Jawa,Sunda dan Bugis tidak perlu dibicarakan di sini kerana ketiga-tiganya hanyalah merupakan terjemahan saja daripada Perukunan Melayu. Terlebih dulu di bawah ini diambil data beberapa buah cetakan awal `Perukunan’ yang dinisbahkan sebagai karya Mufti Haji Jamaluddin al-Banjari, iaitu yang dicetak oleh Mathba’ah al-Miriyah al-Kainah, Mekah, 1315 H/1897 M. Pada kulit depan tertulis, “Ini kitab yang bernama Perukunan karangan asy-Syeikh al-`Alim Mufti Haji Jamaluddin ibnu al-Marhum al-`Alim al-Fadhil asy-Syeikh Muhammad Arsyad Mufti Banjari.” Karya Mufti Haji Jamaluddin al-Banjari yang lain, yang kurang diketahui umum, Bulugh al-Maram fi Takhalluf al-Muafiq fi al-Qiyam (1247 H/1831 M).
Riwayat Datu Magat Harung
Al kisah pada zaman dahulu kala didesa Harung tinggallah seorang Datu yang bernama Magat bersama keluarganya,beliau tinggal bersama istri dan adiknya,istri beliau sangat cantik rupawan bernama Diang Sasar sedangkan adik beliau bernama Diang wangi dan bergelar Diang Dadukun,Datu Magat ini terkenal karena kesaktiannya,kehidupan beliau sehari hari adalah bertani dan beliau sangat ahli dalam pertanian ini dan mempunyai perladangan yang sangat luas.
Pada suatu ketika datu magat mengalami suatu peristiwa yang sangat memalukan bagi keluarganya,betapa tidak adiknya si Diang Wangi hamil tanpa bersuami,Datu sangat gelisah dan marah atas kejadian ini,maka berkatalah ia dengan adiknya si Diang Wangi.
''Kejadian ini sangat memalukan keluarga kita,karena kehamilanmu tanpa suami,katakan !..siapa laki laki yang telah menghamilimu Diang ?..
"aku tidak dapat mengatakan siapa laki laki itu kakak,karena ia datang pada malam hari lalu meniduriku tanpa aku dapat melawan dan setelah selesai ia langsung pergi pada malam itu juga" sahut Diang Wangi.
"aduh...ini sangat memalukan !' kata Datu Magat,ia termenung sambil terus berpikir,akhirnya datu mendapat akal tak lama setelah itu Datu pergi mencari rumpun bamban sebanyak banyaknya, setelah terkumpul rumpun bamban itu beliau bikin menjadi tali yang sangat panjang dan siap digunakan untuk menjebak orang yang sudah menghamili adiknya. Pada malam berikutnya datanglah laki laki yang sudah menghamili adiknya tersebut dan bermaksud untuk meniduri diang wangi kembali,orang tersebut tidak memakai pakaian kecuali cawat yang terbuat dari kulit kayu,setelah selesai orang tersebut bergegas meninggalkan kamar Diang wangi tanpa menyadari bahwa dalam kegelapan Diang Wangi telah mengikatkan tali tersebut ke cawat laki laki yang terbuat dari kulit kayu tersebut. Besok harinya Datu magat memeriksa tali yang digunakannya untuk menjebak orang yang sudah menghamili adiknya itu dan terlihat bahwa gulungan tali tersebut sudah hampir habis, segera Datu magat mengikuti tali tersebut, setelah keluar rumah tali tersebut menuju pohon yang sangat besar dan berlubang terus masuk kedalam lubang sampai kedalam balambika atau busut jantan cara berjalannya pun berbelok belok sampai akhirnya datu bertemu dengan laki laki tersebut yang sedang tertidur dibawah pohon belimbing.
"kalau kubunuh ia waktu tidur, aku pengecut,bukan laki laki,lebih baik kubangunkan dia, lebih baik sama sama siaga sama sama membuka dada" ujar Datu magat dalam hati,lalu Datu membangunkan orang itu tapi tidak juga mau bangun,akhirnya Datu Magat mendapatkan akal,diikatkannya bulu kaki Datu dan bulu kaki orang itu, setelah dirasa cukup kuat Datu lalu menyentakkan kakinya kuat kuat, karena sentakan itu laki laki itu akhirnya terbangun, begitu dilihat ada Datu Magat dihadapannya ia langsung bersimpuh dan memanggil "oh..kakak."ujarnya,"kamu jangan mudah memanggilku kakak, kamu sudah mencoreng arang dimukaku, membuatku malu,mengapa engkau melakukan perbuatan keji itu sehingga adikku hamil padahal ia belum menjadi istrimu ?"kata Datu Magat dengan marahnya.
"aku wahai kakak ku banyak banyak minta ampun, aku menyesal,seandainya sekarang kakak mau membunuhku aku tidak akan melawan "jawab laki laki itu.
melihat hal yang demikian Datu Magat akhirnya tak sampai hati membunuh laki laki itu karena ia sudah terus terang mengakui kesalahannya dan bersedia untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya,"ulun (saya bahasa banjar) berjanji akan membantu dan membalas budi kakak apabila dikemudian hari kakak memerlukan pertolongan ulun, maka panggillah nama ulun" katanya.setelah kejadian itu maka dikawinkanlah Diang Wangi dan laki laki itu, selanjutnya suasana tenang dan damai meliputi keluarga Datu Magat.
Putus cerita Datu Magat tersebutlah cerita sebuah kerajaan yang terletak dikampung Paramain sekarang,nama rajanya adalah Lambu Garang dan istrinya bernama Singkap Siang,Raja Lambu Garang ini sangat terkenal karena ka zhalimannya dan sangat kejam, segala hasil pertanian harus dibagi dua walaupun tanah garapannya milik petani itu sendiri. Pada suatu hari Raja Lambu Garang berburu bersama para pengawalnya, sampai dihutan ia berputar utar mencari binatang buruan, namun saking asiknya tanpa ia sadari ia tersesat sampai kekebun Datu Magat, didalam kebun Datu Magat ini tumbuh bermacam macam pohon buah buahan, ada pohon durian, cempedak, rambutan,langsat (duku) dan buah buahan lain (disebut kebun buah Harung), dan dikebun inilah dia bertemu dengan istri Datu Magat yang berparas cantik tiada bandingnya, alhasil akhirnya Raja Lambu garang langsung jatuh hati, meski ia sudah mempunyai lebih dari 40 orang istri dan banyak lagi gundik, namun Lambu Garang tidak berani mengambil secara terang terangan, akhirnya dicarinya akal, singkat kisah diangkatlah Datu Magat sebagai Patih Kerajaan, setelah sekian lama Datu Magat diangkat menjadi patih, maka makin dekatlah hubungan keduanya dan raja sudah berkenalan dengan keluarga Datu, karena kedekatan mereka maka raja beranggapan sudah saatnya untuk mengambil isteri Datu magat yang bernama Diang Sasar, oleh karena itu raja memerintahkan diadakan keramaian.seluruh rakyat diundang,segala macam permainan diadakan ,pestanya berlangsung meriah sekali, ditengah keramaian itulah raja mengatur siasat untuk menjauhkan Datu Magat dari isterinya si Diang Sasa, raja kemudian mengatakan dengan Datu bahwa ia sangat menginginkan meminum madu dan mengajak datu untuk mencari madu lebah dihutan. Setibanya dihutan akhirnya mereka menemukan sarang lebah diatas pohon kusi yang sangat besar, orang tidak akan dapat menaiki kecuali dengan lantak (sejenis tangga) karena besar dan tingginya pohon tersebut. Dengan cekatan Datu Magat menaiki pohon kusi dengan menggunakan lantak untuk mengumpulkan sarang lebah tersebut ,namun ketika Datu Magat berada diatas pohon itu saat itu lah raja menjalankan muslihatnya dengan memotong lantak tersebut padahal hanya dengan lantak itulah Datu Magat bisa naik dan menuruni pohon itu, dengan memotong lantak itu raja berharap Datu Magat tidak akan dapat turun dan mati kelaparan diatas pohon itu,sekian lama Datu Magat termenung diatas pohon kusi,tiba tiba Datu teringat pesan adik iparnya kalau dalam kesulitan untuk memanggil dirinya, dalam sekali panggil datanglah iparnya itu dan membantu Datu Magat menuruni pohon besar dan tinggi tersebut."ini penghianatan raja kepada kakanda dan raja menghendaki kematian kakanda "ujar iparnya tersebut, kemudian mereka berdua berjalan memasuki sebuah hutan yang bernama hutan Balabar, didalam hutan ini iparnya meminta Datu Magat untuk mengambil buah limpasu sebanyak 3 biji dan menyuruhnya menyimpan didalam kantong celananya, iparnya berpesan apabila sudah tiba ditempat keramaian agar melempar buah limpasu itu dan apabila terdengar bunyi ledakan agar segera menjauhi tempat itu karena tempat itu telah dihancurkan, ketika tiba ditempat keramaian itu datu Magat segera melemparkan buah limpasu tersebut, lemparan pertama dan kedua tidak menimbulkan ledakan, baru pada lemparan ketiga terdengarlah ledakan yang sanagat dan mengoncang bumi, Datu Magat segera pergi dari tempat itu karena kerajaan beserta seluruh penghuni termasuk isteri Datu Magat si Diang Sasar telah tewas, setelah kejadian itu Datu Magat berpisah dengan adik iparnya
.
Sejak saat itu Datu Magat tinggal bersama adiknya yang tengah mengandung, satu ketika Datu Magat megutarakan keinginannya untuk menikah lagi, setelah disetujui oleh adiknya akhirnya Datu Magat menikah dengan Puteri Raja Kait yang kecatikannya melebihi Diang Sasar, sebelum pergi adik iparnya berpesan apabila istrinya nanti melahirkan supaya diberi nama Arya Tadung Wani, setelah tiba saatnya melahirkan ternyata adik Datu Magat melahirkan seorang anak laki laki dan dilehernya terdapat sisik seperti sisik ular, maka sesuai pesan adik iparnya anak itu diberi nama Arya Tadung Wani (dari Arya Tadung Wani inilah cikal bakal orang Kandangan Hulu Sungai Selatan).
Diakhir hidupnya Datu Magat berpesan kalau beliau meninggal agar dikebumikan di dalam kebun beliau yaitu didalam kebun beliau di kampung Harung, dan sampai sekarang masih terdapat makam Datu Magat dikampung Harung Kabupaten Tabalong Tanjung dan beliau kerap juga disebut orang Datu Harung,wallahu a'lam.
cukup sekian kisah dari alfaqir salah khilaf kalau ada kekurangan mohon di maafkan akhirul qalam assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
Sumber : Datu Datu Terkenal
Datu suban sering disebut juga datu sya'iban ibnu zakaria zulkifli dgn ibunda bernama maisyarah,beliau hidup dikampung muning tatakan kabupaten tapin rantau kalimantan selatan,beliau semasa hidupnya mempunyai martabat tinggi dan mulia,peramah dan paling disegani yg patut diteladani oleh kita sebagai penerus dan pewaris yg hidup diabad modern ini.
Datu suban adalah guru dari semua datu orang muning,selain ahli ilmu tasawuf,datu suban juga ahli ilmu taguh (kebal),ilmu kabariat,ilmu dapat berjalan diatas air,ilmu maalih rupa,ilmu pandangan jauh,ilmu pengobatan,ilmu kecantikan,ilmu falakiah,ilmu tauhid dan ilmu firasat,dgn ilmu yang dimilikinya banyaklah org yg menuntut ilmu kepada beliau an yg paling terkenal ada 13 orang..
1.Datu Murkat
2.Datu Taming Karsa
3.Datu Niang thalib
4.Datu Karipis
5.Datu Ganun
6.Datu Argih
7.Datu ungku
8.Datu Labai Duliman
9.Datu Harun
10.Datu Arsanaya
11.Datu Rangga
12.Datu Galuh Diang Bulan
13.Datu Sanggul
Diantara ilmu ilmu yg selalu diajarkan dlm setiap kesempatan beliau selau mengajarkan ilmu mengenal diri (ilmu ma'rifat) dgn tarekat memusyahadahkan Nur Muhammad,hal ini tdklah mengherankan karena sebelum datu suban mengajarkan ajaran makrifat melalui tarekat Nur Muhammad ini,seorang ulama banjar yaitu syekh Ahmad Syamsuddin Al-Banjari telah menulis asal kejadian Nur Muhammad itu,yg naskahnya ditemukan oleh seorang orientalis bangsa Belanda R.O.Winested.
Datu suban dikenal sebagai wali Allah beliau memiliki karamah kasyaf yaitu terbukanya tabir rahasia bagi beliau sehingga dapat mengetahui sampai dimana kemampuan murid muridnya dlm menerima ilmu ilmu yg diberikannya,seperti akan menyerahkan kitab pusaka yg kemudian hari dinamakan kitab barencong,kitab tsb beliau serahkan kepada Datu Sanggul (abdussamad),murid terakhir yg belajar kepada beliau,menurut pandangan kasyaf beliau hanya abdussamad lah yg dapat menerima,mengamalkan dan mengajarkannya,karamah beliau yg lain beliau mengetahui ketika akan tiba ajalnya,ketika dari mata beliau keluar sebuah sosok yg rupanya sangat bagus,bercahaya dan berpakaian hijau,ini berarti tujuh hari lagi beliau akan berpindah alam,empat hari kemudian dari tubuh datu suban keluar lagi cahaya berwarna putih amat cemerlang,besarnya sama dgn tubuh beliau dan berbau harum semerbak,ini berarti tiga hari lagi beliau akan meninggalkan dunia fana ini,oleh karena itu beliau segera mengumpulkan semua murid muridnya,setelah semua muridnya berkumpul beliau berkata, "Murid murid yg aku cintai,kalian jangan terkejut dengan panggilan mendadak ini,karena pertemuan kita hanya hari ini saja lagi,nanti malam sekitar jam satu tengah malam aku akan meninggalkan dunia yg fana ini,hal ini sudah tidak bisa ditunda tunda lagi,karena ketentuan ALLAH telah berlaku"
Kemudian beliau membacakan firman ALLAH surat An-Nahal ayat 61 yang berbunyi: "Apabila sudah tiba waktu yang ditentukan maka tidak seorang pun yang dapat mengundurkannya dan juga tidak ada yang dapat mendahulukannya."
mendengar ucapan beliau itu semua yg hadir diam membisu seribu bahasa.
"Nah,waktuku hampir tiba"kata Datu suban memecah kesunyian itu.
"Mari kita berzikir bersama sama untuk mengantarkan kepergianku"kata Datu Suban lagi.
Semua murid dipimpin oleh beliau serentak mengucapkan zikir "Hu Allah...Hu Allah...Hu Allah..."
"Perhatikanlah ..apabila aku turun kurang lebih 40 hasta sampai pada batu berwarna merah sebelah dan hitam sebelah,aku berdiri disana nanti,maka pandanglah aku dengan sebenar benarnya,yang ada ini atau yang tiada nanti,lihatlah akau ada atau tiada,kalau ada masih diriku ini tidak menjadi tiada,berarti ilmu yang kuajarkan kepada kalian belum sejati,tetapi bila aku menjadi tiada berarti ilmu yangkuajarkan kepada kalian adalah ilmu sejati dan sempurna"
Setelah berkata demikian beliau diam,kemudian meletuslah badan Datu Suban dan timbul asap putih,hilang asap putih timbul cahaya (nur) yang memancar mancar sampai keatas ufuk yang tinggi,kemudian lenyap ditelan kemunculn cahaya rembulan.
Semua yang hadir takjub menyaksikan kejadian itu,kemudian terdengar gemuruh ucapan murid murid beliau...Inna lillahi wainna ilaihi raaji'uun.
sumber:-manakib Datu Suban dan para Datu
-cerita Datu-datu terkenal kalimantan selatan
Tak banyak memang masyarakat yang mengenal Datu Nuraya yang mempunyai nama ( (sebagian riwayat menyebutkan nama beliau yang sebenarnya adalah Syekh Abdul jabbar) atau juga Syeikh Abdurrauf tetapi legenda tentang Datu Nuraya masih tersimpan dengan rapi dalam cerita masyarakat sehari hari khususnya didaerah Tatakan Rantau Kabupaten Tapin.
Siapa sebenarnya Datu Nuraya dan apakah semasa hidupnya dia memang memiliki tubuh yang besar bagai raksasa hingga makamnya mencapai 50 meter lebih ?...itulah misterinya,namun dari cerita cerita yang berkembang disana disebut sebut Datu Nuraya memang memiliki tubuh yang teramat besar,ihwal legenda ini seperti pd kisah terdahulu tentang DATU SUBAN, beliau adalah seorang guru dari sekalian Datu Datu yang ada di Rantau,seorang guru yang miskin harta tapi sangat dalam dan tinggi ilmu tasawufnya serta dikenal sebagai orang yg kasyaf,tinggalnya di munggu tayuh tiwadak gumpa tatakan dekat liang macan.
Pada saat lebaran atau hari raya Datu suban yang pada saat itu bersama para muridnya ketika mereka sedang asyik asyiknya menikmati makanan yang disediakan oleh tuan rumah,tiba tiba datang seorang yang bertubuh sanagat besar,serta merta mereka terkejut dan segera mengambil tombak dan parang untuk menghadang orang besar tsb.
"assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.."kata orang besar tsb
"waalaykum salam warahmatullahi wabarakatuh"jawab para datu
lalu Datu suban menerangkan kepada para datu yang hadir bahwa orang yang datang sambi memberi salam Insya Allah akan berniat baik.
"Maaf siapa saudara yang datang dan dari mana asal saudara serta apa maksud saudara?"tanya Datu Suban,anehnya siraksasa tersebutmenjawab dengan zikir La Ilaaha Illallah,dan zikir tersebut diulang tiap kali Datu suban bertanya sampai 7 kali,kemudian orang tersebut ambruk ketanah,lalu para Datu menghampiri orang itu dan memeriksanya,ternyata orang tsb sudah meninggal dunia,maka serempak para datu mengucapkan innaa lillahi wainna ilahi rajiuun'
Melihat keadaan tersebut para datu tadi bingung bagaimana memandikannya dan menguburkannya,untuk mengangkat saja jadi masalah,apalagi pada waktu itu kemarau panjang,biasanya tanah sangat keras sedangkan lubang untuk kuburan harus dibuat sangat panjang dan lebar,dan untuk memandikannya diperlukan air yang sangat banyak,konon pada saat para datu kebingungan tiba tiba hujan lebat turun dengan derasnya dan ketika mereka mengangkat tubuh tersebut sangatlah ringannya seperti sehelai kapas,serentak para datu berseru "subhanallah"
sebelum para datu mewaradunya (membersihkan) mayat itu,datu suban menemukan sebuah selepang (tas) dari dalam pakaiannya,setelah dibuka ternyata didalamnya terdapat sebuah kitab yg sangat terkenal kini dengan nama kitab barencong,para datu berbagi tugas ada yg memandikannya,ada yg mencari batu gunung untuk nisan dan ada yg membikin lubang untuk kuburan tsb,konon lubang yg digali tidak mencukupi untuk mengubur terpaksa orang tsb dilipat hamzah kakinya.
Tepat 7 hari maarwahi orang besar tsb maka berkumpullah semua datu dirumah Datu Taming Karsa disimpang tiga tandui baruh hariyung yang dinamakan Pamatang Gintungan Misan Batu ,disanalah Datu suban mulai membuka kitab peninggalan yg didapat dari orang besar tsb dengan mengucap bismillahir rahmanir rahim lalu dibuka kitab tsb oleh datu Suban lembar demi lembar hingga selesai,ternyata isi kitab tsb mengandung bermacam macam ilmu baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat,konon setelah kitab tersebut turun kepada Datu Sanggul kemudian diturunkan lagi kepada saudara angkatnya yaitu Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dan disimpan keturunan beliau hingga saat ini.
Atas saran dari Datu Labai Duliman yang ahli falakiah orang besar tsb dinamakan NURAYA,karena orang tersebut datang pada hari raya dan sesuai dengan badannya yg besar dan tinggi seperti RAYA,datu Nuraya bersal dari dua kata NUR dan RAYA ...NUR dalam bahasa arabnya cahaya,sedangkan RAYA artinya luas jadi NURAYA artinya pembawa cahaya dan sinar serta lmu yg luas seperti Raya,sampai sekarang makam dari Datu Nuraya ramai diziarahi orang karena keanehan dan kekeramatannyadan merupakan makam terpanjang didunia letaknya didaerah Tatakan Rantau Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan.
Sumber:-Manakib Datu Suban
-Manakib Datu Sanggul
-Riwayat Datu Datu Kalimantan Selatan
Syekh Umar Bin Syekh Yusuf ( Datu Bajanggut )
Riwayat singkat :
beliau adalah orang yang ber kepribadiaan yang amat luhur, serta zuhud dan wara ..
beliau adalah orang yang ikut serta dalam pembangun mesjid Agung Al-Karomah martapura ..
sewaktu itu beliau bergelar Lothoh, pergilah beiau bersama 3 keluarga nya mengambil kayu ulin beserta syeikh muhammad afif atau dikenal datu landak ..
beliau termasuk zuriyat oleh syeikh muhammad arsyad al-banjary.
tugas beliau sewaktu berangkat mencari kayu ulin tersebut hanya menjadi tukang pijat bagi ke 3 keluarga nya tersebut ..
jikalau tidak khilaf beliau mempunyai 4 istri.
istri yg tertua yaitu bertempat di pesayangan .. dan melahirkan 7 orang anak ..
lalu beliau berpindah ke tungkaran ( kampung keramat ).
selama 3 hari beliau di tungkaran sekeluarga tiada makan, anak pun tidak berani mempertanyakan makan apa kita hari ini. sampai di hari ke 4 anak beliau pun memberanikan diri untuk mengatakan bahwa diri nya lapar ..
setelah itu beliau mengambil batu, dan batu tersebut pun dimasak oleh istri beliau hingga 3 sampai 4 bulan tidak makan melainkan meminum air tanggaran batu tsb ..
baru lah tanaman beliau berbuah seperti singkong dll ..
batu tsb pun masih ada dan sangat banyak orang yg mencari nya
ternyata batu dan piring cangkir beliau tsb beliau lempar ke dalam sumur yg berada di samping makam beliau.
al-hasil skrg banyak org yg jauh-jauh dtg hanya untuk mengambil barokah air yg ada di dalam sumur tsb. dan ada yg tidak percaya cerita ini, lalu dia mengambil botol dan mengambil air yg berada di sumur itu sambil berkata " jikalau benar didalam sumur ini ada batu beliau, maka air yg ada di botol ini pasti akan menjadi batu. "
tatkala diangkat botol tersebut masya allah, separu air yg ada di dalam botol tersebut menjadi batu layak nya es batu ( keras ) ..
dan ada pula habib yg ziarah dan engambil barokah air itu dgn mengambil barokah wali dan semoga mendapat keturunan, setelah 4 bulan istri beliau hamil ..
dan ada pula habaib yg ziarah mengatakan " ini memang sumur org wali, jadi tergantung innamal a'amalu binniyat saja lagi "
tentang riwayat sumur tsb pun tidak diketahui oleh guru ramli yg menjadi petugas makam beliau selama 4 tahun, adapun kejadian nya berawal dari orang banjar yg datang ziarah selama 40 hari 40 malam .. sewaktu hari ke 40 org banjar tsb di temui oleh syeikh umar yg memberi amanah agar sumur tsb dicari dan di bersihkan oleh guru ramli ..
setelah itu disampaikan lah amanah tsb kpd guru ramli dan langsung beliau cari bersama org banjar itu .. setelah di pukul-pukul tanah sekitar makam, ternyata keluar air itu ke atas hingga sekitar 2 meter lebih ..
beliau juga mempunyai beberapa karangan perukunan yg beliau bagi sampai ke pengaron ..
di ceritakan oleh anak beliau yg perempuan bernama jambrud yg berumur sekitar 150 thn, menceritakan kepadaku guru ramli : " sebelum beliau wafat, beliau menabuk lubang, betakun anak sidin, gasan apa pian menabuk lubang bah ?". beliau menjawab " kena nyaman luh ae mun urang kada tahu xwa langsung mengubur ja lagi "
ternyata 4 hari kemudian beliau wafat, beluman waktu siang banar sudah datangan urg dalam pagar, telok selong, ada yg membawa kain, ada yg membawa macam-macam tu pang
.. pas 40 hari bini sidin yg ke empat buik ke log gobang, bini yg kedua kdd bisi anak, bini yg ke tiga iya yg di sungai danau banyak bisi anak "
demikian lah riwayat beliau ini semoga berkat riwayat singkat beliau ini, kita dimudahkan urusan dunia dan akhirat dan mati khusnul khothimah ..
Aamiin.
KH. Badruddin atau yang lebih dikenal dengan sebutan ‘Guru Ibad’. Beliau dilahirkan pada tanggal 29 Dzul Qo’idah 1355 Hijriah atau bertepatan pada tanggal 11 Februari 1937 M. di kota serambi Makkah Martapura Kalimantan Selatan. Nama lengkap Beliau adalah KH. Badruddin bin KH. Ahmad Zaini bin KH. Abdurrahman bin H. Zainuddin bin Abdusshomad bin Abdullah Al Banjari.
Tokoh ini mempunyai kharisma besar di masyarakat. Selain sebagai ulama Beliau juga merupakan element pemerintahan baik di lokal maupun pusat. Pengaruhnya yang besar justru terletak pada perkembangan-perkembangan yang Beliau lakukan di jajaran pesantren Darussalam tempat Beliau mengajar dan lingkungan masyarakat di sekitarnya. Serta terlahir dari keluarga besar yang menjadi panutan.
Beliau yang hidup di tengah-tengah masyarakat muslim yang taat beragama. Sejak kecil Beliau mula-mula menerima pendidikan agama belajar mengaji dengan ayah dan kakek Beliau. Selanjutnya seiring dengan pertumbuhannya Beliau memasuki pendidikan formal di madrasah Iqdamul Ulum dan pesantren Darussalam Martapura. Dan setelah meluluskan jenjang pendidikan keduanya, Beliau dengan kedisiplinan ilmu meneruskan jelajah ilmunya ke bumi tempat dilahirkannya Rasulullah yakni Makkah Al Mukarramah tepatnya di madrasah Shaulathiyyah Makkah selama kurang lebih dua tahun.
Selain itu Beliau juga memperdalam pengetahuannya dengan beberapa ulama besar Martapura, diantaranya ; KH. Husein Qodri (yang tak lain kakak Beliau sendiri) KH. Muhammad Sya’rani Arif. Dan KH. Muhammad Semman Mulya, serta KH. Salim Ma’ruf kemudian beberapa ulama dan habaib di pulau Jawa.
KH. Badruddin bin KH. Ahmad Zaini tidak berhenti meneruskan perjuangan yang dilakukan oleh kakek, ayah dan saudaranya sebagai pembimbing dan pembina masyarakat melalui pengajian-pengajian agama. Baik di Pondok Pesantren Darussalam Martapura maupun di kalangan masyarakat umum seperti di masjid-masjid di langgar-langgar dan di kampung-kampung.
Beliau juga orang yang pertama membawa dan mengembangkan maulidul Rasul, Maulid Habsyi di Kalimantan Selatan dan sekitarnya sampai sekarang terus diamalkan oleh masyarakatnya. Jasa yang begitu mulia dan sangat besar.
KH. Badruddin putera Mufti KH. Ahmad Zaini dan Ibu Hajjah Jannah. Sejak remaja dan sampai akhir hayatnya kakak kandung KH. Muhammad Rasyad ini dikenal memiliki pendirian yang teguh, disiplin dan loyalitas yang tinggi baik dalam sikap maupun perbuatan. Aktifitasnya sebagai pengajar agama Beliau wakafkan sebagai dewan guru di Darussalam dengan memulai kiprahnya pada tahun 1955 M. hingga pada tahun 1976 M. Beliau dinobatkan menjadi pimpinan Pondok Pesantren Darussalam menggantikan pendahulu sebelumnya Almarhum KH. Salim Ma’ruf. Di bawah kepemimpinannya Darussalam mengalami perkembangan pesat, banyak diadakan peningkatan terutama di segi pendidikan dengan menetapkan bebe-rapa kurikulum Darussalam dan madrasah Diniyah, kurikulum DIKNAS untuk SLTP / SPMA, kurikulum Depag untuk madrasah Tsanawiyah / Aliyah Mu’allimin dan kurikulum IAIN untuk perguruan tinggi Islam STIS / STAI, serta mengadakan reuni alumni Pondok Pesantren Darussalam se-Kalimantan.
Di masa kepemimpinan Beliau juga Darussalam mengganti nama menjadi Pondok Pesantren Darussalam yang semula bernama Madrasah Al-Islamiyah Darussalam. Kecuali itu, di bidang infrastruktur pun mengalami peningkatan. Selain bangunan gedung yang di tempati di lokasi Pasayangan juga dibangun gedung di lokasi baru yaitu di Jl. Perwira Tanjung Rema Darat Martapura diatas bentangantanah seluas 10 hektar yang pada waktu itu hasil dari sumbangan Pangdam X Lambung Mangkurat, Bapak Lenjend Amir Mahmud.
Di bidang ke agamaan, di samping sebagai guru dan pimpinan Pondok Pesantren Darussalam, Beliau aktif memberikan khutbah Jum`at di Masjid Agung Al-Karamah, Martapura dan nazir masjid kebanggaan warga masya-rakat Serambi Makkah Martapura.
Sosok KH. Badruddin bin KH. Ahmad Zaini sebagai negarawan yang mempunyai dedikasi menyebarkan da’wah Islam dengan penuh keikhlasan dan kayakinan hanya untuk menuntut ridho-Nya. Selama hidup Beliau yang bersahaja pernah ditunjuk untuk menjabat sebagai ;- Penghulu Kampung Jawa dan Sungai Paring, Martapura pada tahun 1955.- Sebagai karyawan di Departemen Agama, Martapura, Kabupaten Banjar pada tahun 1960.- Tahun 1961 diangkat menjadi anggota DPRD Tingkat II, Martapura, Kabupaten Banjar.- Pada tahun 1978 dipercaya sebagai anggota MPR RI selama dua periode.- Pada tahun 1978 dipercaya sebagai anggota DPA RI selama dua periode.Di bidang organisasi, terutama organisasi keagamaan pernah mendu-duki jabatan-jabatan penting seperti :- Wakil Ketua Umum Badan Kerja Sama Ulama Mileter.- Ketua MUI Kalimantan Selatan.- Ketua LTPQ Kalimantan Selatan.- Ketua Umum Badan Kerja Sama Pondok Pesantren (BKSPP)Kalimantan Selatan.Anggota Badan Pertimbangan MUI Pusat.- Rais Suriah PWNU Kalimantan Selatan.
Dan kiprahnya di bidang ini tetap saja tak lepas dari upaya memperjuangkan tegak syiar Islam.Beliau merupakan figur yang ber-peran secara ideal dalam beberapa dimensi sosial, sebagai ayah dalam keluarga, pakar ilmu dalam komunitas keilmuan dan ulama serta panutan dalam kehidupan bermasyarakat. Keman-faatan ilmu dan akhlak Beliau dirasakan semua orang.
KH. Badruddin bin KH. Ahmad Zaini telah berpulang ke rahmatullah malam Rabu tanggal 28 Jumadil Akhir 1413 H / 23 Desember 1992 M dimakamkan di qubah Tunggul Irang Martapura. semoga dalam perjalanan hidup dan pengabdian Beliau diterima oleh Allah Swt sebagai amal sholeh
Mengenal Lebih Dekat Datu Taniran
Oleh : Muhammad Hanafi (Kelas IX B MTsN Angkinang)Assalamualaikum wr.wb
Pada postingan ini saya berkeinginan untuk bisa menjadikan Hulu Sungai Selatan kita ini menjadi lebih di kenal masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Hulu Sungai selatan.
Petama tama saya memperkenalkan diri dan memberikan sedikit gambaran tentang Keramat Datu Taniran salah satu nya informasi tempat silsilah .dan pada kesempatan ini pula saya akan mebagikan sedikit cerita tentang tokoh mulia Datu Taniran Kubah Haji Muhammad Sa’ duddin atau lebih di kenal dengan sebutan Datu Taniran (Haji Muhammad Thaib).
Baik kita awali dulu dengan sedikit memperlenalkan diri saya .Saya disini sebagai penulis dan pemosting. Saya bernama Muhammad Hanafi , Saya tinggal di desa Bakarung, saya bersekolah di MTsN Angkinang kelas IXB. Saya sangat berterima kasih kepada Guru-guru MTsN Angkinang yg memberi informasi tentang adanya lomba blog karya tulis yang berjudul “CINTA HULU SUNGAI SELATAN”dan terima kasih juga kepada bapa Husaini selaku stap tata usaha di sekolah MTsN Angkin yang memerintahkan saya untuk bisa mengikuti lomba karya tulis Yang berjudul “CINTA HULU SUNGAI SELATAN”
Pembuka :
` KERAMAT DATU TANIRAN
PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
KERAMAT DATU TANIRAN
Keramat Datu Taniran adalah (tempat wisata ) yang lebih baik kita kunjungi dari pada kita berkunjung ke tempat tempat yang hanya larut dengan keramaian dan kesenangan seperti di tempat-tempat Cafe dan lainya.
makam Haji Sa’duddin adalah salah satu makam yang terkenal di kalangan masyarakat Hulu Sungai Selatan, yang di kenal dengan sebutan Datu Keramat Taniran yang bertempat di Desa Taniran , tepatnya samping Mesjid Taniran yang bernama Mesjid As'sa addah
TUJUAN HAULAN
Tujuan haulan setiap tahun dilaksanakan ini merupakan implementasi dari penghargaan dan terima kasih kita selaku kaum muslimin bahwa berkat segala usaha dan kerja beliau maka perkembangan Islam di daerah ini dapat menyebar hingga kepelosok desa. Semoga kerja keras, amal bakti dan pengabdian beliau mendapat limpahan balasan pahalanya yang berlipat ganda dari Allah SWT dan bagi kita, generasi sekarang di harapkan dapat meneruskan cita-cita serta mewujudkan segala ajaran beliau. Tentu saja hal demikian harus kita implementasikan dengan semakin meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT, serta semakin meningkatkan syiar Islam ke seluruh sendi kehidupan masyarakat.
RIWAYAT SINGKAT
Ini Saya kasih sedikit penulisan riwayat singkat Al-Alimul Allamah Haji Muhammad Thaib dengan gelar Haji Sa,duddin. Ini bertujuan untuk mengenang kembali perjuangan seorang muballigh Islam kenamaan yang telah menunaikan tugas dakwahnya sesuai degan tuntunan zamannya pada abad ke 13 Hijriah atau ke 19 Masehi , di kawasan Hulu Sungai Selatan yang sekarang di sebut banua lima
nama nama dan silsilah datu taniran
Almarhum yang dimakamkan dikubah taniran ini bernama Haji Muhammad Thaib yang bergelar Haji Sa’duddin bin Haji Muhammad As’ad bin Puan Syarifah binti Al- alimul Allamah Syaikh Haji Muhammad Arsyad Al-banjari sebagai nama diketahui Syaikh Haji Muhammad Arsyad Al-banjari adalah ulama besar Kalimantan , pengarang kitab Sabila Muhtadin dan Kitab-kitab agama Islam lainya , yang di baca dan di pedomankan dalam praktek hidup beragama Islam di kalimantan (HSS) salah satunya, pesisir Utara sumatera, Semenanjung Malaysia sampai daerah Fathani , Thailand Selatan. beliau merupakan anak kelima dari 12 orang bersaudara dari keturunan Haji Muhammad As,ad
1 Alimul Aallamah H Abu Tahlan-wafat dan dimakamkan di Tenggarong , Kutai, Kalimantan Timur.
2 Alimul Allamah H M Abu Hamid-wafat dan.dimakamkan di Ujung Pandaran , Sampit, Kalimantan Tengah.
3 Alimul Allamah H Ahmad -wafat dan dimakamkan di Balimau Kandangan Kalimantan Selatan
4 Alimul Allamah H M Arsyad-wafat dan dimakamkan di Pagatan, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan
5 Alimul Allamah H Sa'duddin- wafat dan dimakamkan di kampung Taniran Qubah Kandangan Kalimantan Selatan
6 Saudah
7 Rahmah
8 Saidah
9 Shalehah
10 Sunbul
11Llimir
12 Afiah
KELAHIRAN
Kelahiran Datu Taniran H Muhammad Thaib
beliau di lahirkan di kampung Dalam Pagar , Martapura di tahun 1194 Hijriah yang bertepatan dengan 1174 Masehi beliau sempat hidup dan bertemu Syaikh H Muhammad Arsyad Al-banjari, sebab pada tahun 1227 hijriah ketika Syaikh H Muhammad AryadAl-banjari wafat, beliau berusia 33 tahun .Namun beliau tidak berada di Tanah Air ketika Syaikh H Muhammad Arsyad Al-banjari wafat, baru setelah 2 tahun mangkatnya Syaikh yang mulia tersebut beliau kembali keTanah Air.
WAFAT
Wafatnya H Sa,duddin kurang lebih 45 tahun guru besar ini mencurahkan dharma baktinya terhadap agama, bangsa dan umatnya, setelah berhasil mencetak ulama-ulama penerus yang tersebar di sekitar Hulu Sungai Tempo dahulu, maka pada tanggal 5 Shafar 1278 Hijriah atau sekitar 1858 Masehi , beliau berpulang ke Rahmatullah dalam usia lebih dari 1000 bulan , yaitu 84 tahun
sedikit cerita tentang wafatnya datu taniran
Tiga hari menjelang kewafatannya , beliau mencuci kain kafan , salah seorang sahabat beliau yang bernama Ninggal mengatakan bahwa tuan akan pulang. Menurut penuturan orang-orang tua yang sambung bersambung di kampung Taniran sini, pada.waktu jenazah almarhum di sholatkan, banyak sekali orang yang turut melaksanakannya dan di antaranya ada terlihat tiga orang yang cukup menarik perhatian, tetapi tidak seorangpun mengetahui dari mana mereka dan datang dan bagaimana cara mereka pergi , selesai shalat dan pemakaman jenazah tersebut . Setelah pemakaman , berdatanglah segala jenis burung dan selama tiga hari berturut-turut burung itu mengerumuni dahan dan ranting pepohonan di sekitar kubur almarhum seakan-akan turut memberikan ta'ziah dan menzirahi makam seorang mujahid dakwah, yang telah menunaikan tugasnya seraya mengucapkan selamat sejahtera atas seorang hamba yang baik sejak ia dilahirkan, hingga ia wafat dan ketika nanti ia di bangkitkan kembali.
Kita sebagai masyarakat Hulu Sungai Selatan , hendaklah kita meluangkan waktu untuk bisa berkunjung ke keramat datu taniran, sebagai Tanda cinta kita sebagai masyarakat Hulu Sungai Selatan. Di sini saya juga memberkian sedikit foto tentang Para Kepolisian Hulu Sungai Selatan juga ikut berkunjung ke tempat Datu Keramat Taniran. Bagaimana pendapat Kalian sebagai kalangan masyarakat Hulu Sungai Selatan ? silahkan berkomentar . Alangkah baiknya kita meluangkan waktu untuk bisa berkunjung ke Kubur Datu Keramat Taniran walaupun hanya satu kali .
Para kepolisian datang ke Makam Datu Keramat Taniran
Masyarakat yang paling sering berkunjung dengan anggota (rombongan ) Ke Datu Keramat Taniran adalah warga masyarakat Samarinda dan Martapura. Penjaga Pintu (juru kunci) keramat datu taniran bernama muhammad rusli, Beliau membuka pintu makam datu keramat taniran dimulai jam 4 subuh sebelum azan subuh sudah di buka .dan di tutup sampai jam 12 malam . Hampir 24 jam.
Demikian sedikit cerita tentang tokoh mulia di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) yang cukup dikenal berbagai kalangan baik di HSS sendiri maupun di Kalsel bahkan Indonesia. Semoga banyak manfaat yang bisa diambil dari perjalanan beliau dalam menyebarkan agama Islam di Banua tercinta.***