Jumat, 12 Juni 2015

Para Guru Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani

Syekh Abdul Qadir Jaelani


Beliau adalah tuan kita, teladan dari semua wali terbaik, papan arah menuju arah yang benar, beliau adalah poros ketuhanan (Qutub Rabbani), nama lengkap beliau adalah Abu Shalih Sayyidi ‘Abdul Qadir bin Musa bin ‘Abbdullah bin Yahya az-Zahid bin Muhammad bin Dawud bin Musa al-Jun bin ‘Abdullah al-Mahdhi bin al-Hasan al-Musatanna bin al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Beliau yang terkenal dengan nama ‘Abdul Qadir al-Jailani. Beliau lahir pada tahun 470 H, dan wafat pada tahun 561 H. dimakamkan di Baghdad.
Ibu beliau adalah Ummul Khair (dalam bahasa arab berarti ibu kebaikan), ia pernah berkisah: “Ketika aku melahirkan ‘Abdul Qadir al-Jailani, dia tidak mau menyusu ke puntingku selama siang hari bulan Ramadhan. Bulan baru Ramadhan suatu kali tertutup awan sehingga orang-orang datang kepadaku dan bertanya tentang ‘Abdul Qadir al-Jailani, maka aku katakan kepada mereka, bahwa ‘dia tidak menyusu pada puntiingku hari ini.’ Hal itu kemudian menjadi isyarat yang jelas bahwa hari itu adalah awal Ramadhan.”
Kabar tersebut lalu menyebar luas, bahwa seorang bocah (‘Abdul Qadir al-Jailani) lahir dengan membawa berbagai kemuliaan (keajaiban), dan bahwa ia adalah bayi yang tidak mau menyusu di siang hari Ramadhan. Dan dikabarkan pula, bahwa sang Ibunda mengandungnya ketika berusia 16th. Dikatakan bahwa, tidak mungkin ada gadis 16th bisa hamil kecuali dia perempuan Quraisy, dan tidak ada gadis 16th yang bisa punya anak kecuali dia pasti orang Arab.
Ketika ‘Abdul Qadir al-Jailani lahir, sang bayi disambut oleh tangan-tangan keanugerahan yang agung, dan sang bayi diliputi oleh cahaya petunjuk di belakangnya maupun di depannya.
Ketika ‘Abdul Qadir al-Jailani berusia 5th, sang ibu mengirimkannya ke sebuah madrasah lokal di Jilan. Beliau menuntut ilmu di madrasah tersebut hingga berumur 10th. Selama belajar di madrasah tersebut, beberapa peristiwa menakjubkan terjadi. Setiap kali ‘Abdul Qadir al-Jailani akan memasuki madrasah, beliau melihat sosok-sosok bercahaya yang berjalan di depanya sambil berkata, “Beri jalan untuk Wali Allah!” Dan ketika beliau pernah ditanya kapan beliau mengetahui bahwa dirinya menerima walayah (pangkat kewalian), beliau menjawab, “Ketika aku berusia sepuluh tahun, kulihat para malaikat berjalan mengiringiku dalam perjalanan menuju madrasah, dan mereka selalu berkata, “Beri jalan untuk Wali Allah.” Kejadian itu terus menerus berulang sampai aku paham bahwa aku dianugerahi walayah.”

Berpisah dengan Sang Bunda
Adalah Syekh Muhammad bin Qa’id al-Awani yang berkata, bahwa al-Jailani muda meminta izin kepada sang Bunda untuk pergi ke Baghdad menimba ilmu, beliau berkata “Bunda, berilah aku kesempatan untuk menuju Allah Swt. Izinkan aku pergi ke Baghdad, di mana aku akan berusaha memperoleh ilmu pengetahuan dan di sana aku akan bertemu dengan orang-orang shalih.” Sang Bunda menangis mendengar beliau akan pergi, kemudian masuk ke dalam kamar dan mengambil uang sebanyak delapan puluh dinar. Uang itu adalah warisan dari ayahanda beliau. Kemudian sang Bunda memasukkan uang tersebut ke dalam saku beliau empat puluh dinar, dan sisanya dimasukkan ke saku baju mantel beliau. Sang Bunda meminta beliau berjanji untuk selalu berlaku jujur dalam keadaan apapun. Ketika sang Bunda mengantar beliau sampai di depan pintu rumah, sang Bunda mengucapkan selamat tinggal dan berkata, “Anakku, pergilah, karena aku telah melepaskan engkau demi mencari Allah. Aku tahu, mungkin aku tidak akan bertemu lagi dengan wajahmu hingga hari kebangkitan kelak.” Maka pergilah beliau menuju Baghdad.
Sejarah hidup beliau terus berlanjut sampai akhirnya beliau menetap di Baghdad, dan waktu itu umur beliau 18th. Pada masa itu, khalifah yang berkuasa di Baghdad adalah al-Mustazhir. Ketika beliau akan memasuki kota Baghdad, beliau dihadang oleh al-Khidir sembari berkata kepadanya, “Aku tidak akan pernah mengizinkan kamu masuk ke kota Baghdad sampai tujuh tahun ke depan.” Beliau akhirnya tinggal di pinggiran sungai tigris selama tujuh tahun dengan hanya memakan dedaunan dari jenis yang boleh dimakan sampai suatu kali leher beliau berubah warna menjadi hijau.
Pada suatu malam beliau mendengar suara yang mengatakan, “Wahai ‘Abdul Qadir al-Jailani, sekarang masuklah ke Baghdad.” Setelah mendengar suara itu, beliau segera memasuki Baghdad. Malam itu cuaca sangat dingin dan hujan, maka ‘Abdul Qadir al-Jailani mendekati zawiyah (pondokan sufi) Syekh Hammad bin Muslim ad-Dabbas. Akan tetapi, Syekh Hammad berkata kepada muridnya, “Kuncilah pintu zawiyah, tetapi buatlah cahaya lampu tetap menyinari ke arah luar zawiyah.”
‘Abdul Qadir al-Jailani hanya duduk di samping pintu, lalu Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan kantuk kepadanya hingga beliau tertidur. Saat terbangun, beliau dalam keadaan hadats besar (mimpi basah), maka dengan segera beliau mandi besar. Kemudian Allah ta’ala menurunkan kantuk lagi kepada beliau, dan beliau pun tertidur lagi. Saat bangun, beliau hadats besar lagi, lalu beliau segera mandi besar lagi. Demikian itu terjadi berulang-ulang hingga 17 kali. Akhirnya, ketika fajar menyingsing, pintu zawiyah terbuka dan ‘Abdul Qadir al-Jailani melangkah masuk.
Syekh Hammad ad-Dabbas segera melangkah maju menyambut beliau, lalu memeluk erat beliau, dan memberi beliau rangkulan yang hangat. Airmata menetes di pipi Syekh al-Dabbas sembari ia berkata, “Oh anakku, ‘Abdul Qadir al-Jailani, hari ini adalah tanggungjawab kami di sini (zawiyah ini), jika nanti kamu telah memegangnya, maka bimbinglah si tua yang rambutnya telah memutih ini.”

Para Guru Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani
‘Abdul Qadir al-Jailani memperoleh latihan spiritual di Baghdad dari dua sufi terbesar di zaman itu, Syekh Sayyid Abu al-Khair Hammad bin Muslim ad-Dabbas dan Syekh Qadhi Abu Sa’id Mubarak al-Makhzumi. Meskipun beliau memperoleh banyak berkah dari kedua guru tersebut, namun beliau belum memberi baiat alias menduduki posisi mursyid.
Kemudian beliau menjadi murid Syekh Qadhi Abu Sa’id Mubarak al-Makhzumi sekaligus bergabung dalam halaqah dan tarekatnya. Syekh Qadhi Abu Sa’id al-Makhzumi menunjukkan rasa cintanya yang sangat besar terhadap murid istimewanya ini, dan memberkahinya dengan mutu-manikam spiritualis dan tasawuf. Suatu kali ‘Abdul Qadir al-Jailani dan para murid yang lain sedang duduk bersama dengan Syekh, kemudian Syekh meminta ‘Abdul Qadir al-Jailani untuk pergi mengambil sesuatu. Setelah ia pergi, Syekh al-Makhzumi berkata kepada murid-muridnya yang lain, “Suatu hari nanti, kaki pemuda itu akan menginjak tengkuk semua Auliya’ (para wali Allah).”
Setelah beberapa waktu tinggal di Baghdad, ‘Abdul Qadir al-Jailani mengikuti pendidikan di Jami’ah Nizhamiyah yang tersohor sebagai pusat pendidikan dan ilmu keruhanian di dunia Islam. ‘Abdul Qadir al-Jailani menuntut ilmu dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Di antara guru-guru beliau yang memberikan ilmu Qira’at, Tafsir, Hadits, Fiqih, Syari’at, dan Tarekat adalah: Abul Wafa’ ‘Ali bin ‘Aqil, Abu Zakaria Yahya bin ‘Ali at-Tabrizi, Abu Sa’id bin ‘Abdul Karim, Abul Ana’im Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad, Abu Sa’id bin Mubarak al-Makhzumi, dan Abul Khair Hammad bin Muslim ad-Dabbas.
Dalam bidang adab salah satu guru beliau yang merupakan seorang ‘Alim besar pada masa itu ialah al-‘Allamah Zakariya at-Tabrizi. Dan dalam bidang Fiqih dan ushul Fiqih guru-guru beliau adalah: Syekh Abul Wafa’ bin ‘Aqil al-Hanbali, Abul Hasan Muhammad bin Qadhi Abul Ula, Syekh Abul Khatab Mahfuzh al-Hanbali, dan Qadhi Abu Sa’id al-Mubarak bin Ali al-Makhzumi al-Hanbali. Dalam bidang Hadits, beliau menerima ilmu dari para ulama sebagai berikut: Sayyid Abul Barakat Thalhah al-Aquli, Abul Ana’im Muhammad bin ‘Ali bin Maimun al-Farsi, Abu ‘Uthman Isma’il bin Muhammad al-Ishbihani, Abu Ghalib Muhammad bin Hasan al-Baqillani, Abu Muhammad Ja’far bin Ahmad bin al-Husaini, Sayyid Muhammad Mukhtar al-Hasyimi, Sayyid abu Manshur ‘Abdur Rahman al-Qaz’az, dan Abul Qasim ‘Ali bin Ahmad Ban’an al-Karghi. Setelah menempuh pendidikan dengan tekun, ‘Abdul Qadir al-Jailani lulus dari Jami’ah Nizhamiyah. Pada masa itu tidak ada satupun ‘Alim di muka bumi yang lebih faqih dan saleh dibandingkan dengan ‘Abdul Qadir al-Jailani.

0 komentar:

Posting Komentar

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html