Kamis, 17 Maret 2016

MANAQIB Datu Abdul Hamid Abulung




MANAQIB Datu Abdul Hamid Abulung

SEORANG ulama yang pernah menggemparkan Kalimantan
dengan paham wihdatul wujud-nya.
Beliau memang tak banyak yang
mengetahui karena beliau tidak
meninggalkan kitab karangan
seperti ulama-ulama lainnya. Keilmuan beliau cuma dapat kita
ketahui secara lisan dari mulut ke
mulut atau dari pewaris para
murid beliau. Banyak pendapat
yang berbeda tentang kisah
beliau, ada yang menyatakan bahwa ilmu beliau salah atau
manyalah (bahasa banjar) tapi
sebagian masyarakat banjar
bahkan hampir seluruhnya
menyatakan bahwa Datu Abulung
adalah seorang wali Allah, terlepas dari segala kontroversi
yang ada riwayat beliau sangat
dicari oleh sebagian masyarakat
banjar. Dalam sejarah pemikiran
keagamaan di Kalimantan pada
abad ke 18, setidaknya ada tiga
tokoh ternama di kerajaan Banjar
selain Datu Suban dan para
muridnya yang sakti mandraguna, pada masa itu para ulama banjar
memang sangat terkenal dengan
segala karamah dan kesaktiannya,
di antara tiga orang tokoh
ternama dan terkenal tersebut
adalah: 1.Syekh Muhammad Arsyad Al- Banjari atau Datu Kalampayan 2.Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari atau Datu Nafis 3.Syekh Abdul Hamid Abulung atau Datu abulung Dan sosok Datu Abulung inilah
yang penuh misteri hingga saat ini.
Pada masa itu, pemerintahan
kerajaan diperintah oleh sultan
Tahlilullah. Saat itulah Syekh
Muhammad Arsyad Al-Banjari dan Syekh Abdul Hamid muda
diberangkatkan oleh kerajaan
Banjar untuk menuntut ilmu
dengan biaya kerajaan dengan
harapan nantinya bisa membawa
sinar terang bagi kerajaan Banjar. Mereka diberangkatkan keTanah
Suci Makkah Al-Mukarramah,
tercatat Datu Kalampayan
belajar kepada beberapa orang
guru (baca riwayat Datu Syekh
Muhammad Arsyad al-Banjari). Sedangkan Datu Abulung juga
belajar kepada beberapa orang
guru yang sayangnya tidak
tercatat karena tidak adanya
karangan beliau yang biasanya
merujuk kepada guru guru pengarang. Sepulangnya dari
menuntut ilmu di tanah suci, Datu
Syekh Abdul Hamid mulai
mengajarkan ilmu yang didapatnya
kepada masyarakat sekitarnya. Di
antara yang beliau ajarkan adalah ilmu Tasawuf, namun ilmu tasawuf
yang beliau ajarkan kepada orang
awam ini sangat berlainan dengan
pelajaran tasawuf yang selama ini
dikenal masyarakat. Datu Abulung
mengajarkan bahwa; Tiada yang maujud hanya Dia Tiada maujud lain-Nya Tiada aku melainkan Dia Dia adalah aku aku adalah Dia Dalam pelajaran Syekh Abdul
Hamid Abulung juga diajarkan
bahwa Syariat yang diajarkan
selama ini adalah kulit belum
sampai kepada isi (hakikat).
Sedangkan pelajaran yang selama ini diyakini masyarakat umum
adalah "Tiada yang berhak dan
patut disembah selain Allah, Allah
adalah Khalik dan selainnya
adalah makhluk, tiada sekutu
bagi-Nya." Ajaran Datu Abulung ini kurang
lebih seperti ajaran Abu Yazid Al-
Bustami,husein bin Mansyur Al-
Hallaj yang kemudian memasuki
Indonesia melalui Hamzah Fansuri
dan Syamsuddin disumatera dan Syekh Siti Jenar di pulau Jawa. Mendengar fatwa Datu Abulung
yang berbeda dari kebanyakan
paham masyarakat pada waktu
itu,maka gemparlah masyarakat
yang menerima ajaran
tersebut,bahkan ajaran yang beliau sampaikan menjadi
pembicaraan masyarakat umum
yang mana akhirnya sampai ke
telinga Sultan. Sebelum Datu Abulung dipanggil
sultan terlebih dahulu minta
pendapat syekh Muhammad Arsyad
Al-Banjari (satu riwayat
mengatakan tanpa diketahui Syekh
Muhammad Arsyad) tentang ajaran Datu Abulung tersebut. Setelah
menelaah beberapa kitab
kemudian diambil kesimpulan
bahwa ajaran yang dibawa Datu
Abulung yang diajarkan kepada
orang awam tersebut bisa menyesatkan masyarakat dan bisa
merusak kehidupan beragama. Adalah kewajiban Ulama dan Umara
melindungi keagamaan rakyatnya
dari unsur-unsur yang
membahayakan, jika tidak dapat
dengan jalan damai maka lebih
baik menyingkirkannya. Menolak mafsadah (keburukan) lebih
didahulukan dari pada mengambil
manfaat. Melenyapkan seseorang
untuk menyelamatkan orang
banyak dibolehkan menurut hukum
malah terkadang wajib (Zafri Zam Zam,Syekh Muhammad Arsyad Al-
Banjari,1979,hal 13). Berdasarkan keputusan tersebut
maka dipanggillah Datu Abulung.
Salah seorang prajurit kerajaan
disuruh untuk mendatanginya.
Sesampai di tempat Datu Abulung
lalu dipanggillah beliau, satu riwayat menceritakan pemanggilan
tersebut,prajurit itu berkata,
"Haai Syekh Abdul Hamid ..Anda
dipanggil baginda Sultan,"
kemudian dijawab oleh Datu
Abulung, “Syekh Abdul Hamid tidak ada yang ada hanya Allah…"
Mendengar hal tersebut prajurit
mengadukan kepada Sultan,
kemudian Sultan menyuruh kembali
dan memanggil “Allah “ tersebut.
Setelah sampai di tempat Datu Abulung prajurit itu kembali
berkata, “Hai Allah Anda
dipanggil baginda Sultan.” Yang
kemudian dijawab kembali oleh
Datu Abulung, “Allah tidak ada
yang ada hanya Nur Muhammad.” Mendengar hal itu prajurit
kembali ke kerajaan dan
mengatakan hal tersebut kepada
Baginda Sultan.. kemudian Sultan
berkata panggil ketiganya, Syekh
Abdul Hamid, Allah dan Nur Muhammad, setelah prajurit
tersebut memanggil seperti
dipesankan Sultan barulah Datu
Abulung berkunjung ke istana. Di tengah perjalanan menuju istana
dipasanglah perangkap yang
apabila terpijak maka melesatlah
sebilah tombak tajam yang akan
menghujam ke tubuh orang yang
menginjaknya. Saat itu terbukti kebenaran ajaran Syekh Abdul
Hamid Abulung, ketika beliau
menginjak perangkap tersebut
tombak tajam itu memang melesat
dengan cepatnya di udara dan
berhenti tepat di belakang Datu Abulung dan jatuh ke tanah tanpa
beliau mengetahuinya. Setelah sampai di istana dan
terjadi tanya jawab, Sultan ingin
bukti kebenaran ajaran Datu
Abulung, kemudian beliau berucap
"Ashadu alla ilahaillallah" tiba-
tiba tubuh beliau menghilang, kemudian terdengar lagi suara
“wa ashadu anna
muhammadarrasulullah”
timbullah kembali badan beliau.
Semua orang kagum melihat hal
tersebut, tapi dengan menimbang untuk keselamatan orang awam
yang lebih banyak maka
dihukumlah Syekh Abdul Hamid
Abulung dengan dimasukkan ke
dalam kerangkeng yang ukurannya
hanya muat tubuh beliau dan hanya cukup untuk berdiri. Dengan
kurungan seperti itu akhirnya
beliau ditenggelamkan di sungai
Lok Buntar, maka akhirnya
tenggelamlah sampai ke dasar. Tanpa diketahui oleh semua orang
suatu keanehan terjadi, apabila
tiba waktu sholat fardhu maka
kerangkeng tersebut akan muncul
ke permukaan, dan beliau
kemudian keluar dari kerangkeng tersebut untuk melakukan sholat.
Selesai sholat secara perlahan
kerangkeng tersebut tenggelam
kembali ke dasar sungai. Pada suatu malam menjelang
subuh, sepuluh orang pencari ikan
melakukan aktivitasnya di sekitar
tenggelamnya Syekh Abdul Hamid.
Lamat-lamat mereka mendengar
suara adzan. Perlahan lahan mereka dekati sumber suara
adzan tersebut, dari kejauhan
mereka melihat dan mengamati
keganjilan dan keanehan Datu
Abulung tersebut. Sejak saat itu
mereka mengangkat beliau menjadi guru mereka, dari beliau mereka
belajar berbagai ilmu agama
Islam. Karena jumlah mereka
sepuluh maka dinamakan Orang
Sepuluh atau sekarang orang
menyebutnya "Datu Sepuluh". Selesai belajar Datu Sepuluh ini
menjadi pegawai kerajaan. Setelah direndam dalam air Datu
Abulung tidak juga mati. Peristiwa
itu akhirnya diketahui pihak
kerajaan. Datu Abulung pun
dikeluarkan dari kerangkeng dan
kembali dibawa ke kerajaan. Di hadapan Sultan akhirnya Datu
Abulung megatakan bahwa beliau
tidak bisa dibinasakan dengan alat
apapun kecuali dengan senjata
yang ada di dinding rumah beliau
dan menancapkannya di dalam lingkaran yang beliau tunjukkan di
belikat beliau. Setelah sholat dua rakaat,
senjata tersebut ditancapkan di
belikat yang sudah ditandai
tersebut maka memancarlah
darah segar dan anehnya darah
tersebut membentuk kalimat ”LAA ILAAHA ILLALLAH MUHAMMADUR
RASULULLAH”‘ innaa Lillaahi wa
Innaa ILaihi Rajiuun. Setelah sekian lama, kubur beliau
akhirnya ditemukan oleh
masyarakat atas petunjuk dari
Alm.Tuan Guru H.Muhammad nor
Tangkisung yang juga diyakini
adalah seorang Kekasih Allah. Letaknya sebelah hilir dari
Kampung Dalam Pagar, dan
sekarang dipelihara makamnya
oleh warga setempat. Selain itu
keanehan makam yang terletak di
pinggir sungai itu beberapa kali tergerus air sungai dan turun ke
bawah, tetapi anehnya makam itu
naik dengan sendirinya dan tanah
di bawahnya juga mengikuti makam
tersebut….walllahu a’lam.

4 komentar:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html