Al-Imam Ahmad Al-Muhajir
Makam Al-Imam Ahmad Al-Muhajir |
[Al-Imam Ahmad Al-Muhajir - Isa Ar-Rumi - Muhammad An-Naqib
- Ali Al-'Uraidhi - Ja'far Ash-Shodiq - Muhammad Al-Baqir - Ali Zainal Abidin -
Husain - Fatimah Az-Zahro - Muhammad SAW]
Beliau adalah Al-Imam Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali
Al-’Uraidhi bin Ja’far Ash-Shodiq, dan terus bersambung nasabnya hingga
Rasulullah SAW. Beliau adalah seorang yang tinggi di dalam keutamaan, kebaikan,
kemuliaan, akhlak dan budi pekertinya. Beliau juga seorang yang sangat dermawan
dan pemurah.
Beliau berasal dari negara Irak, tepatnya di kota Basrah.
Ketika beliau mencapai kesempurnaan di dalam ketaatan dan ibadah kepada Allah,
bersinarlah mata batinnya dan memancarlah cahaya kewaliannya, sehingga
tersingkaplah padanya hakekat kehidupan dunia dan akherat, mana hal-hal yang
bersifat baik dan buruk.
Beliau di Irak adalah seorang yang mempunyai kedudukan yang
tinggi dan kehidupan yang makmur. Akan tetapi ketika beliau mulai melihat
tanda-tanda menyebarnya racun hawa nafsu disana, beliau lebih mementingkan
keselamatan agamanya dan kelezatan untuk tetap beribadah menghadap Allah SWT.
Beliau mulai menjauhi itu semua dan membulatkan tekadnya untuk berhijrah,
dengan niat mengikuti perintah Allah, “Bersegeralah kalian lari kepada Allah…”
Adapun sebab-sebab kenapa beliau memutuskan untuk berhijrah
dan menyelamatkan agamanya dan keluarganya, dikarenakan tersebarnya para ahlul
bid’ah dan munculnya gangguan kepada para Alawiyyin, serta begitu sengitnya
intimidasi yang datang kepada mereka. Pada saat itu muncul sekumpulan
manusia-manusia bengis yang suka membunuh dan menganiaya. Mereka menguasai kota
Basrah dan daerah-daerah sekitarnya. Mereka membunuh dengan sadis para kaum
muslimin. Mereka juga mencela kaum perempuan muslimin dan menghargainya dengan
harga 2 dirham. Mereka pernah membunuh sekitar 300.000 jiwa dalam waktu satu
hari. Ash-Shuly menceritakan tentang hal ini bahwa jumlah total kaum muslimin
yang terbunuh pada saat itu adalah sebanyak 1.500.000 jiwa.
Pemimpin besar mereka adalah seorang yang pandir dengan
mengaku bahwa dirinya adalah Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Ali bin Isa bin
Zainal Abidin, padahal nasab itu tidak ada. Ia suka mencaci Ustman, Ali,
Thalhah, Zubair, Aisyah dan Muawiyah. Ini termasuk salah satu golongan dalam
Khawarij.
Karena sebab-sebab itu, Al-Imam Ahmad memutuskan untuk
berhijrah. Kemudian pada tahun 317 H, berhijrahlah beliau bersama keluarga dan
kerabatnya dari Basrah menuju ke Madinah. Termasuk di dalam rombongan tersebut
adalah putra beliau yang bernama Ubaidillah dan anak-anaknya, yaitu Alwi (kakek
keluarga Ba’alawy), Bashri (kakek keluarga Bashri), dan Jadid (kakek keluarga
Jadid). Mereka semua adalah orang-orang sunni, ulama yang mengamalkan ilmunya,
orang-orang sufi dan sholeh. Termasuk juga yang ikut dalam rombongan beliau
adalah para budak dan pembantu beliau, serta termasuk didalamnya adalah kakek
dari keluarga Al-Ahdal. Dan juga ikut diantaranya adalah kakek keluarga Bani
Qadim (Bani Ahdal dan Qadim adalah termasuk keturunan dari paman-paman beliau).
Pada tahun ke-2 hijrahnya beliau, beliau menunaikan ibadah
haji beserta orang-orang yang ikut hijrah bersamanya. Kemudian setelah itu,
beliau melanjutkan perjalanan hijrahnya menuju ke Hadramaut. Masuklah beliau ke
daerah Hajrain dan menetap disana untuk beberapa lama. Setelah itu beliau
melanjutkan ke desa Jusyair. Tak lama disana, beliau lalu melanjutkan kembali
perjalanannya dan akhirnya sampailah di daerah Husaisah (nama desa yang
berlembah dekat Tarim). Akhirnya beliau memutuskan untuk menetap disana.
Semenjak beliau menetap disana, mulai terkenallah daerah
tersebut. Disana beliau mulai menyebarkan-luaskan As-Sunnah. Banyak orang
disana yang insyaf dan kembali kepada As-Sunnah berkat beliau. Beliau berhasil
menyelamatkan keturunannya dari fitnah jaman.
Masuknya beliau ke Hadramaut dan menetap disana banyak
mendatangkan jasa besar. Sehingga berkata seorang ulama besar, Al-Imam Fadhl
bin Abdullah bin Fadhl, “Keluar dari mulutku ungkapan segala puji kepada Allah.
Barangsiapa yang tidak menaruh rasa husnudz dzon kepada keluarga Ba’alawy, maka
tidak ada kebaikan padanya.” Hadramaut menjadi mulia berkat keberadaan beliau
dan keturunannya disana. Sulthanah binti Ali Az-Zabiidy (semoga Allah
merahmatinya) telah bermimpi bertemu Rasulullah SAW, dimana di mimpi tersebut
Rasulullah SAW masuk ke dalam kediaman salah seorang Saadah Ba’alawy, sambil
berkata, “Ini rumah orang-orang tercinta. Ini rumah orang-orang tercinta.”
Radhiyallohu anhu wa ardhah…
[Disarikan dari Syarh Al-Ainiyyah, Nadzm Sayyidina Al-Habib
Al-Qutub Abdullah bin Alwi Alhaddad Ba'alawy, karya Al-Allamah Al-Habib Ahmad
bin Zain Alhabsyi Ba'alawy]
0 komentar:
Posting Komentar