Jumat, 22 April 2016

Rajab Bulan Penuh Kemulyaan oleh : Habib Sholeh Ibn Achmad Ibn Salim Alaydrus

Rajab Bulan Penuh Kemulyaan
oleh : Habib Sholeh Ibn Achmad Ibn
Salim Alaydrus
Bulan rajab adalah bulan yang sangat
mulia dan agung, penuh barokah dan
hikmah, ibadah pada bulan ini
dilipatgandakan pahalanya oleh Allah,
doa-doa diijabah, dan pintu taubat
dibuka lebar-lebar siap menerima
siapapun juga yang hendak bertaubat
kepada Allah. Seperti diriwayatkan
oleh Al imam Ibnu ‘Asakir dari Abu
Umamah RA bahwasanya Nabi
Muhammad SAW bersabda (yang
artinya):
“Ada lima malam yang tidak akan
ditolak doa-doa di dalamnya, malam
pertama bulan rajab, malam
pertengahan sya’ban (nisfu sya’ban),
malam jumat, malam idul fitri dan
malam idul adha”.
Dan cukup kiranya sebagai kemuliaan
bulan ini di mana Allah Ta’ala
menjadikannya salah satu dari empat
bulan yang dinamakan Asyhurul
Hurum (bulan yang terhormat).
Sebagaimana dalam Al Quran Allah
berfirman (yang artinya):
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi
Allah ialah dua belas bulan, dalam
ketetapan Allah di waktu Dia
menciptakan langit dan bumi, di
antaranya empat bulan haram (mulya).
Itulah (ketetapan) agama yang lurus,
maka janganlah kamu menganiaya diri
kamu dalam bulan yang empat itu.
(QS. At Taubah 36)
Mengenai Asyhurul Hurum ini Nabi
Muhammad SAW telah menjelaskan
kepada kita bahwa empat bulan
tersebut adalah Dzul Qa’dah, Dzul
Hijjah, Muharram dan Rajab. Seperti
dalam riwayat Bukhori dan Muslim
dari sahabat Abu Bakrah RA.
Bahkan sebagian Ulama berpendapat
bahwa dari keempat bulan ini yang
paling utama adalah bulan Rajab,
sementara yang lain berpendapat bulan
Muharram.
Sahabat Ibnu Abbas RA mengatakan
tentang kemulyaan empat bulan ini:
“Allah telah mengkhususkan empat
bulan, dimana Allah menjadikannya
penuh kemulyaan, dosa-dosa di bulan
ini lebih besar daripada bulan lainnya,
begitu pula amal sholeh dan pahala”.
Bahkan Nabi Muhammad SAW
menunjukkan kemulyaan bulan Rajab
ini dengan menyandarkannnya kepada
Allah SWT, dimana beliau bersabda:
“Rajab adalah Bulannya Allah, Sya’ban
adalah bulanku, dan Ramadhan adalah
bulan umatku”. (HR. Abul Fath bin
Abil Fawaris dari Hasan al Bashri,
hadits mursal)
Tidaklah sesuatu disandarkan kepada
Allah kecuali pasti itu adalah sesuatu
yang sangat mulya dan di dalamnya
tersimpan rahasia dan keberkahan.
Maka dari sinilah kemudian banyak
Ulama memberi nama bulan ini sesuai
dengan maqam, dan keluasaan daya
talar ilmu dan pemikiran mereka
masing-masing, sebagian berkata
bahwa bulan Rajab adalah bulan
Istighfar, artinya bulan yang sangat
layak bagi umat untuk memperbanyak
istighfar dan taubat di dalamnya,
sebagian berkata Rajab adalah bulan
Rahmah, artinya bulan yang penuh
dengan Rahmat Allah SWT, yang lain
berpendapat Rajab adalah bulan ar
Rajm, artinya bulan yang didalamnya
dirajm (dijauhkan) musuh dan syaitan
dari para Auliya’ dan sholihin.
Sebagian yang lain mengatakan bahwa
Rajab adalah bulan penanaman benih,
Sya’ban bulan untuk menyirami benih
tersebut dan Ramadhan adalah bulan
untuk menuai (memetik) hasil dari
tanaman yang tumbuh dari benih itu.
Ketahuilah bahwa benih yang
dimaksud disini adalah amal sholeh.
Sebagian yang lain mengatakan rajab
adalah Mausimut Tijaarah (saat untuk
berdagang), maksudnya adalah bulan
untuk kita memperbanyak keuntungan
dengan bermu’amalah bersama Allah
SWT, yakni dengan beribadah,
membersihkan hati dan membenahi
jiwa. Ragam apapun ibadah tersebut,
seperti solat, dzikir, sholawat,
bersodaqah, berbuat baik kepada
saudara seiman, membaca Al Quran
dan termasuk menghadiri majelis ilmu.
Yang penting kita berusaha makin
bertambah umur, makin bertambah
dekat kepada Allah.
Inilah kesempatan emas yang tidak
boleh disia-siakan begitu saja, memang
kadang manusia tidak sadar, berapa
banyak umurnya berlalu sia-sia untuk
sesuatu yang sia-sia, bukankah setiap
nafas dan setiap detik dari umurnya
akan dipertanyakan oleh Allah SWT ?
Dari sekian banyak kemulyaan yang
disandang oleh bulan Rajab ini, disana
ada keistimewaan yang tidak ada
tandingannya yang tidak bisa dinilai
keagungannya, yaitu pada bulan ini
pula terjadi peristiwa Isra’ dan Mi’raj
Nabi Muhammad SAW, yaitu pada
malam 27 Rajab, memang ada yang
berpendapat bulan Rabiul Awwal atau
Rabiuts Tsani, adapun tahunnya Al
Imam Az Zuhri, ‘Urwah bin Zubeir dan
Ibnu sa’ad serta sebagian besar ahli
siroh (sejarah) mengatakan bahwa Isra’
Mi’raj ini terjadi setahun sebelum
beliau SAW hijrah ke Madinah al
Munawwarah.
Ini adalah suatu perjalanan luar biasa
di luar kemampuan manusia biasa,
peristiwa yang tidak akan pernah
terjadi selain kepada Rasulullah SAW,
peristiwa berjumpanya sang kekasih
dengan kekasihnya. Dengan perjalanan
ini Allah SWT ingin menunjukkan
kebesaran dan keagunganNya kepada
sang Nabi yang mulya ini, begitu pula
Dia berkenan memperkenalkan dan
menunjukkan keagungan Nabi
Muhammad kepada seantero alam,
seluruh penduduk langit dan bumi.
Sehingga setiap Nabi dan Rasul serta
malaikat yang berjumpa dengan beliau
mengucapkan salam perhormatan.
Inilah perjalanan yang penuh berkah
dan hikmah yang sudah Allah tentukan
hanya untuk Nabi Muhammad SAW,
lidah tidak akan mampu
mengungkapkan secara detail peristiwa
ini, pena tidak mampu menulis seluruh
keajaiban yang terjadi disana,
sekalipun banyak para Imam dan
Ulama berkarya untuk mengungkapkan
peristiwa mulya ini yang tentunya
berdasarkan hadits-hadits dan atsar,
namun tidak satupun mampu
mencakup semuanya secara mendetail
dan terperinci serta mengungkap
rahasia-rahasia yang tersimpan dalam
semua itu. Hanya Allah Ta’ala yang
mengetahuinya.
Berkenaan dengan Isra’ Mi’raj ini Allah
SWT berfirman dalam Al Quran (yang
artinya):
Maha Suci (Allah) yang telah
memperjalankan hamba Nya pada
suatu malam dari Masjidil Haram ke
Masjidil Aqsha yang telah Kami
berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) Kami,
sesungguhnya Dia Maha Mendengar
lagi Maha Melihat. (QS. Al Israa’ ayat
1)
Begitupula banyak sekali riwayat dari
Rasullullah SAW dimana beliau sendiri
menjelaskan dan menceritakan
peristiwa ini di hadapan para sahabat,
hadits-hadits itu disebutkan oleh para
Imam Hadits maupun Tafsir dalam
kitab-kitab mereka, diantaranya al
Imam al Bukhori, Muslim, Ahmad bin
Hambal, at Tirmidzi, an Nasai, al
Baihaqi, Ibnu Jarir at Thabari dan
lainnya.
Dan Isra’ Mi’raj ini telah diriwayatkan
dari kelompok besar sahabat
Rasulullah SAW, diantaranya Abu
Hurairah, Abu Dzar, Ibnu Mas’ud, Ibnu
‘Abbas, Abu Sa’id al Khudry, Syaddad
bin Aus, Ubay bin Ka’ab dan lainnya,
maka dari sinilah kemudian para
Imam berpendapat keterangan atau
riwayat yang datang dalam rangka
menjelaskan peristiwa ini adalah
riwayat Mutawaatirah, artinya barang
siapa yang mengingkarinya maka
kafirlah orang tersebut, sebab selain
status haditsnya adalah hadits
mutawatir di samping itu peristiwa ini
tergolong ‘ulima minad diin bidh
dhorurah, artinya diketahui secara
umum oleh seluruh lapisan umat dan
tidak tersembunyi.
Dan perlu diketahui bahwa Ulama dan
Muhaqqiqun bersepakat bahwa Isra’
Mi’raj ini dilakukan dalam keadaan
terjaga atau nyata, bukan dalam mimpi
seperti dikatakan sebagian orang, dan
Nabi Muhammad Isra’ Mi’raj dengan
jasad dan ruh beliau. Dan dalam Mi’raj
itu beliau SAW berjumpa dan melihat
Allah Ta’ala dan berbicara denganNya,
tanpa kita bertanya bagaimana
bahasaNya dan bagaimana caranya, kita
hanya wajib beriman akan hal itu
tanpa bertanya sesuatu yang bukan
urusan kita. Allah dan RasulNya lebih
tahu hal tersebut.
Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq bahwa
Marwan bertanya kepada Abu Hurairah
RA,:
“Apakah Nabi Muhammad melihat
Rabbnya”,
Beliau menjawab: “Ya”.
Bahkan Al Hasan Al Bashri bersumpah
dengan nama Allah bahwa Nabi
Muhammad benar-benar melihat Allah
SWT dalam Mi’raj itu.
Insya Allah pada edisi berikutnya kita
akan menukil beberapa riwayat dari
kitab-kitab hadits mapun sirah
Nabawiyah yang menyebutkan
perjalanan yang mulya dan agung ini,
tentunya dengan penjelasan ‘ibrah
(pelajaran) dan hikmah yang dapat
diambil dari peristiwa itu sendiri.
Wallahu A’lam.
Dinukil dari kitab as Sirah an
Nabawiyah (DR. Muhammad Abu
Syahbah), Dzikrayat wa Munasabat
(DR.As Sayyid Muhammad bin Alawy
al Hasany), Kanzun Najah was Surur
(As Syeikh ‘Abdul Hamid Kudus),
Mujazul Kalam (As Syeikh Muhammad
bin Ali ad Du’any).

1 komentar:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html